“Kami merasa situasi semakin menakutkan. Jumlah kasus meningkat dari hari ke hari dan tidak ada tren yang menunjukkan penurunan,” kata Dr Erlina Burhan, dari RS Pesabatan.
Dan, seperti penggali kubur, pekerja medis di ibu kota mengatakan bahwa mereka terlalu banyak bekerja dan kelelahan.
"Ini seperti maraton dari Maret - tidak ada istirahat," kata Burhan. "Banyak tenaga kesehatan yang sudah bilang capek - capek melakukan ini."
Hingga saat ini, Indonesia telah mendaftarkan 221.000 kasus virus corona yang dikonfirmasi.
Burhan mengatakan jika infeksi terus meningkat, dokter di rumah sakitnya akan dipaksa untuk "berpura-pura menjadi Tuhan" dan memutuskan siapa yang mendapat perawatan dan siapa yang ditolak.
"Saya takut dengan situasi di mana kami tidak dapat membantu semua orang yang membutuhkan bantuan. Kami takut kewalahan."
Setidaknya 200 personel medis telah meninggal akibat COVID-19 di Indonesia, negara di mana sistem perawatan kesehatannya sudah kekurangan dan kekurangan sumber daya sebelum pandemi.
Di Rumah Sakit Pertamina, fasilitas perawatan COVID-19 lain yang ditunjuk, Dr Shandy Shanaya mengatakan dia masuk kerja karena takut akan nyawanya.
"Kami tidak bisa hanya melihatnya sebagai angka lain. Ketika seorang profesional medis meninggal, pikirkan semua orang yang kehilangan akses ke perawatan kesehatan," kata pria berusia 26 tahun itu.
“Kami mencoba untuk membuka terlalu cepat. Kami membuka kota sebelum tren turun,” tambahnya.
Warga berpenghasilan rendah berjuang hidup
Namun di negara yang sangat beragam dan padat penduduknya seperti Indonesia, rumah bagi sekitar 270 juta orang, tidak ada solusi yang mudah dalam upaya mencegah wabah baru dan memulihkan mata pencaharian.
Di Jakarta, putaran pembatasan lainnya dapat membantu memerangi penyebaran virus, tetapi juga akan membuat kehidupan penduduk miskinnya semakin menantang.
Kembalinya lockdown akan membuat banyak pekerja informal bergaji rendah sekali lagi kehilangan pekerjaan dan tanpa penghasilan untuk menghidupi diri mereka sendiri atau keluarga mereka.
"Kalau toko tutup ... tidak ada pelanggan, dan saya tidak dibayar," kata Zulkifli, seorang tukang cukur di salon kecil yang tidak memiliki gaji tetap.