kebijakan

Wamenhan Beberkan Rencana Besar Soal Lumbung Pangan Jokowi-Prabowo

Sabtu, 11 Juli 2020 | 10:07 WIB
IMG_20200711_100140

Kan gak seluruh dunia tapi Covid-19 ini nggak ada negara yang nggak kena loh. Bayangin aja. Artinya apa, saya punya hipotesis, akhirnya saya analisis 15 tahun ke belakang seperti apa profil ekonomi coba kamu cek. Pertumbuhannya itu seperti apa 15 tahun terakhir.


Pertumbuhan dunia ekonomi seperti apa itu kan China naik jadi 7%. Kenceng kan. Indonesia dan ASEAN ini kan naiklah. Indonesia kira-kira zaman Pak SBY itu 6%, kemudian mulai melambat zaman Pak Jokowi (Presiden RI Joko Widodo) kira-kira lima koma sekian. Terus di prediksi 2020-2024 kira-kira masih ada di posisi lima koma.


Jepang itu cuma 2%, Eropa juga sama, Amerika Serikat 3% kurang lebih. Ini sih melihat situasi kayak gitu, yang jagoan-jagoan ekonom, wah nggak akan ada pertumbuhan lagi.


Nah situasi itulah dia bikin pertumbuhan baru. Caranya apa, jeblokin seluruh dunia sudah. Dengan namanya new era. Lha new era itu apa sih? Kita itu masih belum tahu loh new era itu. Bayangin kita semua takut, kalau mau ketemu mesti di rapid test, sementara rapid test sendiri kan kita nggak tahu sebenarnya, mesti swab test dan lain sebagainya.


Kebayang nggak, airline seluruh dunia down. 50%. Indonesia sudah bangkrut semua, seperti seluruh airline di dunia. Bayangkan berapa miliar dollar.


Saya berpikir, kalau seperti itu back to basic. Orang itu yang paling nyaman adalah ya sudah, orang itu berpikir harus bisa makan. Jadi jangan berpikir kebutuhan sekunder dulu, primernya itu makan.


Itulah saya berdua sama menhan diskusi, ketika itu saya diskusi, menhan bilang wah kita harus membangun pertanian, saya setuju pak. Itu kita simulasikan, saya buatin. Maju kepada presiden.


Kembali ke filosofi pertahanan itu. Jadi ketahanan pangan kita itu, kita uji berapa lama sih? Data Kementerian Pertanian itu 69 hari. Nah pertanyaannya, dalam situasi seperti ini, negara lain itu mau ekspor nggak? Dia pasti keep (simpan) untuk kepentingan negaranya sendiri. Kalau itu terjadi, kuat nggak kita?


Berarti isu ini penting sekali untuk ditindaklanjuti?
Nah itu maksud saya. Sehingga ketika ini kita sampaikan ke pak presiden, ternyata benar, Kementerian Pertahanan dong. Kenapa? Orang kan nggak pernah yang ngirim militer disinggung. Karena tahunya senjata. Padahal ini jauh lebih penting. Basic-nya, kalau senjata kalau makanannya kuat, masih bisa lari. Bambu runcing masih bisa menang, makan kenyang, musuh nggak kuat misalnya kan.


Jadi kalau bertempur itu berapa lama. Maka ada istilahnya pertempuran gerilya. Perang gerilya itu kan sebetulnya juga karena logistik, bukan karena peralatan tempurnya, kan gitu.


Jadi filosofi itu kemudian bukan cuma food estate. Unhan (Universitas Pertahanan) itu kita ubah. Yang tadinya hanya S2, S3, sekarang ada S1 disiapkan jurusan kedokteran, farmasi, dan matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA). Ini yang kita pikirkan 25 tahun yang akan datang.


Seperti apa filosofi dan skenario food estate ini?
Intinya saya kira harus ada langkah. Kita harus bantu presiden untuk kemudian masyarakat ini bisa paham dan bahkan dalam skala masyarakat sendiri dia punya lahan misalnya kamu mau di rumah kalau perlu hidroponik itu luar biasa yang dimaksud saya itu aktivitas yang bisa kita jalankan yang kemudian kita bisa tetap bisa menjalankan hidup itu. Filosofinya begitu dalam konteks food estate.


Skenario food estate ini negara menyiapkan suatu lahan dalam skala yang memadai lalu kemudian kita pilih golongan karbohidrat tapi tidak melulu beras. Singkong misalnya. Ini kajian. Setelah kita kaji singkong itu bisa jadi mocaf, dan mocaf itu sama dengan terigu.


Impor kita besar kan devisa kita bisa besar. Kalau mocaf ini bisa diproduksi di dalam negeri, ini Jepang saja sudah mau mengubah tepung terigunya dari mocaf singkong karena glutennya rendah dibandingkan terigu yang bisa memicu kolesterol. Jadi artinya ini bisa menjadi produk unggulan yang selama ini kita nggak pernah. Maksudnya ini masih tanaman masyarakat, bukan menjadi tanaman industri.


Saya kira kita harus kayak gitu. Nah ini yang akan kita kembangkan salah satunya di Kalimantan. Tapi bukan di lahan PLG (Proyek Lahan Gambut) ya. Bukan di lahan gambut satu juta hektare, bukan. Kita ada lahan lain yang kayak tegalan gitu. Karena dia kan nggak butuh infrastruktur yang lebih mahal. Kalau padi kan harus ada irigasi. Kalau singkong ada irigasi malah busuk dia. Jadi tegalan saja cukup.

Halaman:

Tags

Terkini