Inilah Cara Menkeu Purbaya Dorong Ekonomi Lewat Rp200 Triliun di Himbara: Dari Protes Hotman Paris hingga Kredit Desa

photo author
- Senin, 22 September 2025 | 21:57 WIB
Menkeu RI, Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung protes pengacara Hotman Paris terkait dana Rp200 triliun di Bank Himbara ( (Kemenkeu.go.id - Instagram.com/@hotmanparisofficial))
Menkeu RI, Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung protes pengacara Hotman Paris terkait dana Rp200 triliun di Bank Himbara ( (Kemenkeu.go.id - Instagram.com/@hotmanparisofficial))

Dari Rp200 triliun yang disiapkan, Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing mendapat Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun. Dana ini ditempatkan dalam bentuk deposito on call dengan bunga 80,476 persen dari BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Menkeu Purbaya menekankan, langkah ini untuk meredam persaingan bunga antar bank.

Baca Juga: Lebih Dulu dari Pemerintah, Kapolri Listyo Sigit Bentuk Tim Reformasi Polri Internal dengan 52 Pati, Dipimpin Komjen Chrysnanda

“Bunga akan cenderung turun, itu akan berdampak dengan ekonomi, dengan itu sendiri. Bisa bunga pinjaman turun, bisa bunga deposito turun, yang jelas cost of money turun,” jelasnya dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan pada 15 September 2025.

Dampak ke Ekonomi dan Kredit Desa

Dana ini juga diarahkan untuk kredit produktif, misalnya koperasi desa dan program prioritas lain. Jika dipakai untuk program pemerintah, bunga yang dibebankan hanya 2 persen, lebih rendah dari standar 4 persen.

“Jadi enggak ada lagi cost tambahan bagi Himbara. Kami instruksikan kalau mereka pakai untuk Koperasi Merah Putih, bunga yang kami charge lebih rendah,” tutur Purbaya.

Ia memastikan dana itu tidak ditarik dalam 6 bulan ke depan sehingga bank punya kepastian untuk menyalurkan kredit.

Baca Juga: Saat Prabowo Panggil Amran Tengah Malam: Kisah di Balik Larangan Impor Tepung Tapioka demi Selamatkan Petani Singkong

Tidak Ganggu Kas Negara

Purbaya menegaskan kebijakan ini tidak membahayakan posisi fiskal karena cadangan pemerintah di bank sentral masih sangat besar.

“Saya tidak harus terpaksa menarik dari perbankan dalam keadaan kepepet. Jadi win-win solution. Kalau mereka bisa salurin, ya salurkan. Kalau enggak bisa, ya ke situ (program pemerintah). Jadi mudah-mudahan, hampir pasti ekonomi berjalan lebih cepat,” ujarnya.

Walau menuai keluhan dari pihak tertentu, kebijakan Rp200 triliun di Himbara dipandang sebagai langkah agresif untuk menyalurkan kredit dan mendorong konsumsi di tengah perlambatan ekonomi.**

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X