4 Abad Berlalu, Warisan Drama William Shakespeare Masih Hidup dan Mendunia dari Teater Inggris hingga Layar Lebar Hollywood

photo author
- Selasa, 12 Agustus 2025 | 05:38 WIB
William Shakespeare, penyair terkemuka yang dijuluki “Bard of Avon" ((X.com/bridge))
William Shakespeare, penyair terkemuka yang dijuluki “Bard of Avon" ((X.com/bridge))

(KLIKANGGARAN) – William Shakespeare, yang dikenal dengan julukan “Bard of Avon” atau penyair dari Avon, meninggalkan jejak sastra yang melintasi waktu. Lebih dari empat abad setelah kepergiannya, karyanya tetap dibaca, dimainkan, dan dicintai di seluruh dunia.

Shakespeare tidak hanya sekadar menulis puisi atau drama, tetapi juga membentuk wajah sastra dan teater, dengan pengaruh yang terasa hingga kini.

Lahir pada 23 April 1564 di Stratford upon Avon, Inggris, ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai pembuat sarung tangan, sementara ibunya berasal dari keluarga pemilik tanah. Dari kota kecil inilah perjalanan seorang anak berbakat menuju panggung dunia dimulai.

Baca Juga: Dipanggil Polda Metro Jaya Terkait Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Abraham Samad Ajukan Penundaan Pemeriksaan

Pada usia 18 tahun, ia menikah dengan Anne Hathaway dan dikaruniai tiga anak. Kehidupannya berubah drastis ketika pindah ke London dan mulai berkarya untuk panggung teater. Kemampuannya merangkai cerita dan menciptakan bahasa yang penuh keindahan mengubah cara orang menulis dan memahami drama, melintasi batas waktu, bahasa, dan budaya.

Bagi Shakespeare, drama bukan hanya cermin kehidupan, tetapi juga panduan untuk memaknainya. Kalimat terkenalnya, "All the world’s a stage (Seluruh dunia adalah panggung)" dari As You Like It, mengajak pembaca merenung bahwa setiap manusia memainkan peran dalam kisah hidupnya.

Baca Juga: Israel Akui Targetkan Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif, 7 Tewas dalam Serangan Udara di Kamp Wartawan Gaza

Menjelang akhir hidupnya, ia menghasilkan karya romance seperti The Winter’s Tale dan The Tempest, yang memadukan unsur tragedi dan keajaiban. Gaya ini memperlihatkan kedewasaannya dalam memahami kompleksitas emosi manusia, dengan pengampunan dan harapan sebagai tema sentral.

Popularitasnya begitu besar hingga namanya selalu tertera di setiap naskah drama yang diterbitkan. Setelah wafat pada 23 April 1616, sahabat-sahabatnya menerbitkan First Folio, kumpulan dramanya, demi memastikan warisan itu tak pudar.

Ben Jonson, yang pernah menjadi rivalnya, memberi penghormatan istimewa: "Sosok (Shakespeare) bukan hanya untuk zamannya, tetapi untuk segala zaman," ujarnya.

Baca Juga: Kilau Menawan, Kuteks Glossy Tetap Jadi Favorit untuk Tampilan Elegan dan Sehari-hari

Kekuatan Drama Shakespeare

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke semua bahasa besar dunia, dimainkan di teater klasik Inggris, panggung modern Tokyo, diadaptasi menjadi film Hollywood, hingga pementasan jalanan di Afrika.

Kekuatan itu ada pada kemampuannya menyentuh sisi terdalam hati manusia. Karakter ciptaannya terasa hidup, dialognya memikat, dan konflik yang diangkat bersifat universal, membuatnya tetap relevan lintas generasi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Perselingkuhan Influencer Jule Berujung di Meja Hijau

Kamis, 18 Desember 2025 | 10:56 WIB
X