Obrolan Tentang Nikmat dan Bahagia

photo author
- Senin, 1 November 2021 | 08:13 WIB
Ilustrasi (@sekar_mayang)
Ilustrasi (@sekar_mayang)

Lalu, dalam ayat 7 tertulis, “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Yang dimaksud nikmat dalam Al Fatihah tersebut sama maknanya dengan yang terdapat dalam An-Nahl.

Perihal nikmat ini bisa kita dapatkan pula dalam Surat Ibrahim ayat 7, yang berbunyi, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.”

Nikmat yang diberi Rabb untuk manusia (juga semua makhluk hidup di jagat ini) tidak pernah bisa diukur dengan parameter apa pun. Tidak berskala, tidak berdimensi.

Baca Juga: SMP dan SMA Labschool Membuka Jalur Undangan, Yuk Simak Informasi Lengkapnya

Banyak yang bisa dijadikan contoh. Misalnya saja nikmat sehat, lancar buang air besar, bisa pancaindra berfungsi dengan baik, nikmat menjalankan kewajiban menafkahi batin pasangan, serta nikmat amanat membesarkan anak sampai dewasa dan lulus dari pendidikan formal.

Nikmat lain yang esensial adalah nikmat jadi muslim. Taat dan teguh dalam keimanan, selalu bersyukur, tetap ikhlas dan rida atas apa saja yang diberi Allah Swt. Kemudian, nikmat Allah yang terakhir dari usia adalah mati dalam keadaan husnul khatimah (saat sakarotul maut mudah menyebut kalimat tauhid laa ilaha ilallah).

Kebahagiaan lebih diukur dari rasa nyaman, tenteram, serta indah. Dalam artian, ia lebih didasari oleh keduniawian dengan cara pengakuan ucapan sehingga kebahagian bisa disebut kewajaran.

Baca Juga: Setidaknya 15 Orang Terluka setelah Serangan di Kereta Metro Tokyo yang Kebakaran, Pria dengan Pisau Ditahan

Memang, yang terjadi antarmanusia adalah persamaan dan perbedaan pemahaman definisi bahagia. Antara tulisan dan lisan bisa jadi memiliki jurang, meskipun tipis. Namun, yang terpenting, kita selalu berusaha memahami makna sebuah ayat yang dalam Surat Ar Rahman diulang sebanyak 31 kali.

“Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”***

Malang, 30 Oktober 2021


Artikel ini ditulis oleh Setia Darma, seorang pensiunan pabrik gula yang senang membaca dan menulis.

Apabila artikel ini menarik, mohon bantuan untuk men-share-kannya kepada teman-teman Anda, terima kasih.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X