Mirwa mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun kegelisahan mulai menyelimuti dirinya. "Ujian apa yang harus aku hadapi?"
"Ujian pertama adalah menghadapi ketakutan terbesar dalam dirimu. Laut ini penuh dengan misteri yang bisa membingungkan pikiran, menguji keberanianmu. Ujian kedua adalah menghadapi Sang Penjaga , makhluk yang menjaga Cincin Laut. Hanya mereka yang memiliki hati yang murni yang dapat melewati ujian itu," jawab makhluk itu.
Mirwa merasa terombang-ambing antara kegelisahan dan keberanian. Ia tahu bahwa perjalanannya tidak akan mudah, tetapi ia merasa tak bisa mundur. Laut ini, dan semua yang ada di dalamnya, sudah ditemukan.
"Apakah ada petunjuk untuk menemukan cincin itu?" Mirwa bertanya, merasa bingung tentang langkah pertama yang harus diambil.
Makhluk itu mengangguk dan mengulurkan tangan yang besar dan bersisik. "Ikuti suara hati kamu, Mirwa. Laut akan membimbingmu. Cincin itu berada di tempat yang hanya bisa ditemukan oleh mereka yang berani dan memiliki niat yang tulus. Ingatlah, kamu tidak sendirian. Aku akan ada di sini, dan makhluk laut lainnya akan terjadi jika kamu membutuhkan."
Dengan kata-kata itu, makhluk itu perlahan mundur ke kedalaman laut, meninggalkan Mirwa yang kini berdiri di tepi pantai, memandang cakrawala yang luas dan tak terhingga. Suara ombak yang memecah di pantai terdengar seperti bisikan, seolah-olah laut itu sendiri berbicara kepadanya.
Mirwa tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan ia harus menghadapi ujian yang penuh bahaya dan misteri. Namun, dalam dirinya tumbuh tekad yang kuat untuk melindungi laut dan semua makhluk yang ada di dalamnya. Dia tidak bisa lagi hanya menjadi pengamat, dia harus menjadi bagian dari dunia itu, untuk menjaga keseimbangannya.
Beberapa hari kemudian, Mirwa mulai melakukan persiapan. Ia berlatih dengan tekun, mempelajari segala hal tentang laut dan makhluk yang ada di dalamnya. Ia juga berbicara dengan nelayan dan orang-orang desa, mencoba mengumpulkan informasi yang bisa membantu dalam pencariannya. Banyak yang memperingatkannya untuk tidak terlalu berani, tetapi Mirwa tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Setiap malam, suara itu terus menerus terjadi, mengingatkannya bahwa ia memiliki takdir yang harus dijalani.
Pada suatu pagi, setelah beberapa hari mempersiapkan diri, Mirwa merasa bahwa waktunya telah tiba. Dengan hati yang mantap, ia berjalan di pantai, memperlihatkan luasnya lautan yang menuju berkilau di bawah sinar matahari pagi.
Ini saatnya, bisiknya pada dirinya sendiri. "Aku akan melindungi laut, apapun yang terjadi."
Dengan langkah pasti, Mirwa mulai berjalan ke dalam laut, merasakan ombak yang menyentuh kaki telanjangnya. Laut itu, yang dulu terasa seperti sesuatu yang menakutkan dan misterius, kini terasa seperti rumah yang ditemukan. Ketika ia semakin dalam, suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas dan lebih kuat.
"Mirwa... Mirwa... datanglah, dan temui takdirmu."
Mirwa menutup matanya sejenak, menarik napas panjang, lalu melangkah lebih dalam ke lautan yang luas dan tak terjamah. Laut itu membuka, siap untuk menguji keberanian dan niat hati.
Mirwa melangkah lebih jauh ke dalam lautan, merasakan kedalaman yang menakutkan dan misterius. Laut seakan menyambutnya, dengan ombak yang tenang dan cahaya matahari yang terpancar di permukaan. Tak lama kemudian, ia tiba di sebuah gua bawah laut yang tampak penuh misteri.
Di dalam gua, Mirwa melihat sebuah cahaya yang berpendar lembut, di tengahnya terdapat Cincin Laut, yang terbentang di atas sebuah batu. Saat ia mendekat, suara makhluk penjaga laut terdengar lagi, "Hanya mereka yang hatinya murni yang dapat memegang cincin ini. Ujianmu belum selesai, Mirwa."