fiksi

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB
Ilustrasi (Pixabay/ LUM3N)

KLIKANGGARAN -- Terkadang sebuah titik hasil yang kita dapatkan mungkin beberapa orang menikmati akhirnya. Hanya saja, tidak banyak orang menikmati proses perjalanan untuk mendapatkan hal yang kita inginkan. Namun, di antara beberapa pihak yang dijumpai, ada satu orang yang tampak berbeda dari yang lain. Tidak percaya? Si kacamata hitam akan membuktikan hal tersebut.

Kacamata Hitam, begitulah julukan yang diberikan oleh orang banyak karena pria itu sering memakai kacamata hitam kemanapun ia pergi. Tidak hanya itu, ia juga dijuluki sebagai Konglomerat Berbudi karena Si Kacamata Hitam adalah pengusaha kaya yang senantiasa berbagi kekayaannya kepada mereka yang membutuhkan. Itulah kegiatan sehari – harinya karena uang yang ia miliki terlalu banyak jadinya sayang jika dihamburkan begitu saja.

“Kenapa tidak kau gunakan uangmu untuk dirimu sendiri? Bukankah pada akhirnya uangmu akan habis karena banyak menghamburkan uang?”.

Sebuah pertanyaan yang sering muncul dalam pikiranmu walaupun kau akan mengatakan sebaliknya. Jawabannya sangat mudah, yaitu harta miliknya tidak akan pernah habis. Sebesar apapun jumlah uang yang dihabiskan, tampaknya tak pernah surut seperti air yang terus mengalir. Setiap pagi hingga petang, pria itu berkeliling kota dengan langkah tegap dan wajah tertutup dengan kacamata hitamnya. Setiap kali berpapasan dengan pengemis atau gelandangan, ia akan merogoh saku dan memberikan segenggam uang tunai. Tidak hanya receh atau uang logam, melainkan seringkali uang kertas berharga besar. Kemurahan hati dari pria kaya itu membuahkan hasil. Banyak orang tunawisma yang kini bisa menyewa rumah sederhana dan memulai kehidupan baru. Tak sedikit pula yang berhasil membuka usaha kecil seperti kaki lima hingga toko kelontong. Namun meski telah memberikan dengan jumlah yang sangat banyak, pria itu tetap rendah hati dan tak ingin diekspos identitasnya.

Akan tetapi, pria berkacamata hitam itu berpapasan dengan seorang pengamen jalanan yang sedang memainkan gitar tua sambil bernyanyi dengan suara yang tidak sedap didengar. Meskipun begitu, ia melihat penampilannya sampai selesai untuk menghormati pertunjukkannya. Setelahnya, pria itu mengeluarkan segenggam uang dan memasukkannya ke dalam toples koin milik pengamen. Pengamen tersebut langsung tersenyum bahagia.

“Terima kasih, Tuan Kacamata Hitam”, ujar Pengamen itu dengan semangatnya memeluk gitarnya. Pria kacamata hitam pun membalas senyumannya dan berjalan pergi meninggalkannya.

Pada suatu sore di trotoar kota, Si Kacamata Hitam itu kembali berjalan berkeliling untuk melihat keberadaan beberapa tunamisma dan pengamen jalan. Tiba – tiba, Pria itu mendengar nyanyian yang tidak asing dan ia bertemu kembali dengan Pengamen Jalanan dengan gitar tuanya. Nyanyiannya yang tidak begitu merdu menjadi ciri khas bagi pengamen tersebut. Sekali lagi, ia melihat penampilan Pengamen tersebut sampai selesai. Lalu, Si Kacamata Hitam itu memberikan uang dengan jumlah yang begitu besar dengan harapan Pengamen tersebut bisa mencari pekerjaan yang lebih baik.

“Terima kasih, Tuan Kacamata Hitam”, ucap si Pengamen itu dengan senyuman ramahnya.

Yang mengejutkannya, bukannya berhenti menjadi Pengamen justru pemuda itu tetap bertahan di sana dan kembali bernyanyi dengan riangnya! Pria berkacamata itu mengerutkan kening, tidak mengerti maksud di balik tindakan Pengamen tersebut seolah tidak peduli dengan uang yang baru saja diterimanya. Si Kacamata Hitam kebingungan melihat reaksi yang tidak terduga ini. Dari segi nyanyiannya mungkin agak meningkat dari sebelumnya, tapi hal ini membuat Si Kacamata Hitam ini menggelengkan kepala.

"Maaf, mengapa kau tidak pergi setelah aku memberimu uang?" tanya Pria Kacamata Hitam dengan nada heran.

Sang pengamen menghentikan nyanyiannya sejenak dan menatap pria itu dengan sepasang mata polosnya yang jernih.

“Apa maksud anda, Tuan?” tanya Pengamen itu dengan tatapan polosnya.

"Mengapa kamu masih mengamen setelah aku memberimu uang yang cukup? Bukankah kamu bisa mencari pekerjaan yang lebih baik dengan uang itu?"

Pengamen itu tersenyum dan menjawab, "Tuan, uang memang penting, tetapi yang lebih berharga adalah kebahagiaan dari menjalani hidup sehari-hari dengan penuh syukur dan menikmati setiap prosesnya."

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB