KLIKANGGARAN -- Hari itu, ayah mengabarkan sesuatu yang mengejutkan: kami akan pindah ke Medan, kota kelahirannya. Kabar itu membawa antusiasme tersendiri bagiku, terutama karena kami akan tinggal di rumah nenek. Setelah berkemas, kami menempuh perjalanan panjang yang memakan waktu hampir sehari.
Kami tiba di rumah nenek tepat saat matahari berada di puncaknya. Begitu masuk, mataku langsung tertuju pada sebuah kamar tua yang gelap di sudut rumah. Cerita yang pernah ayah kisahkan tentang kamar itu kembali terngiang di pikiranku.
(**)
Dua puluh lima tahun lalu, ayah pernah mengalami kejadian ganjil di kamar itu. Kala itu, ia sedang bersantai setelah bermain bersama teman-temannya. Tanpa sadar, ayah tertidur. Namun, tidur nyenyaknya terganggu oleh suasana yang tiba-tiba panas dan suara ribut di sekitarnya.
Saat membuka mata, ia melihat seorang ibu dan dua anak kecil sedang bermain di kamar. Ayah tidak mengenali mereka, tetapi rasa kantuk membuatnya kembali tertidur. Ketika terbangun lagi, ayah merasa ada sesuatu yang melompat-lompat di atas kasur. Ia tak peduli, berpikir itu hanya halusinasi.
Pagi harinya, ayah bertanya kepada nenek tentang tamu tak diundang itu. Nenek hanya terdiam, lalu berkata, “Tidak ada siapa-siapa di rumah tadi malam.” Ayah pun tak pernah membahasnya lagi, menganggapnya sekadar mimpi aneh.
(**)
Rumah nenek ternyata penuh, sehingga kami harus menempati rumah kedua milik nenek yang letaknya hanya beberapa langkah dari rumah utama. Rumah itu dihuni oleh Tante Maudy, adik ayahku.
Namun, cerita tentang rumah kedua ini tak kalah seramnya. Ayah pernah menceritakan pengalaman Tante Maudy dengan sebuah lemari tua yang dibeli dari tetangga.
(**)
Beberapa malam setelah lemari itu tiba, Tante Maudy mulai merasakan hal-hal ganjil. Kamar menjadi sunyi mencekam, dan setiap membuka lemari, ia merasa seolah ada sesuatu yang mengintai dari dalam.
Hingga suatu malam, Tante Maudy bermimpi seseorang memanggilnya dari arah lemari. Dalam mimpi itu, ia membuka lemari dan mendapati sosok wanita berlumuran darah dengan senyum menyeramkan, berbisik, “Tolong aku...”
Ketakutan membuat Tante Maudy bercerita kepada ibunya. Keesokan harinya, lemari itu langsung dijual kembali. Namun, kejadian aneh belum berakhir.
Saat tahlilan untuk salah satu kerabat, Tanteb Maudy harus mengambil plastik kue di rumah sepupunya. Ia memilih melewati jalan belakang, yang dipenuhi pohon pisang. Di tengah perjalanan, ia melihat bayangan hitam mengintip dari balik pohon. Badannya kaku, tetapi ia memaksakan diri untuk terus berjalan.