KLIKANGGARAN -- Pernahkah kamu mendengar lagu dangdut yang dinyanyikan oleh perempuan dengan suara merdu dan goyangan yang memukau?
Di balik gemerlapnya dunia dangdut, ada banyak cerita menarik dan mendalam, sama seperti kisah Sumi dalam cerpen “Mila Karakas” karya Mashdar Zainal.
Sumilah atau biasa disebut Mila Karakas merupakan seorang gadis desa yang polos dan penuh mimpi. Sumilah merantau ke kota besar setelah lulus SMA untuk menjadi penyanyi dangdut. Ia berharap dapat mengubah nasibnya.
Namun, kerasnya kehidupan kota dan eksploitasi dalam industri dangdut menjerumuskan Sumilah ke dalam situasi yang tak terduga.
Teori Durkheim tentang anomie dapat diterapkan dalam cerpen ini untuk memahami pengalaman Sumilah di kota besar. Sumilah berasal dari desa yang memiliki norma dan nilai yang berbeda dengan kota besar seperti Jakarta.
Menurut Durkheim, anomie adalah kondisi di mana norma-norma sosial menjadi lemah atau tidak jelas. Hal ini dapat menyebabkan disintegrasi sosial dan mendorong individu untuk melakukan perilaku menyimpang.
Di kota besar, Sumilah mengalami anomie karena kisahnya menggambarkan dilema perempuan desa yang merantau ke kota. Di satu sisi, mereka ingin meraih mimpi dan kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, mereka dihadapkan dengan berbagai tantangan, seperti:
Keterasingan:
Di kota besar, Sumilah mengalami anomie, di mana norma dan nilai yang dianutnya berbeda dengan norma di kota. Ia merasa terasing dan kesepian, tanpa jaringan sosial yang kuat.
Eksploitasi:
Industri dangdut sering mengeksploitasi perempuan, memaksa mereka untuk tampil seksi dan menari erotis. Hal ini dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan mereka, serta mempertegas stereotip negatif terhadap perempuan.
Subordinasi:
Perempuan dalam industri dangdut sering kali diposisikan sebagai objek dan subordinat laki-laki. Suara dan agensi mereka dibungkam, dan mereka dipaksa untuk mengikuti kemauan para pengusaha dan laki-laki hidung belang agar bisa sukses.
Ketidakjelasan norma:
Sumilah tidak familiar dengan norma dan nilai yang berlaku di kota besar. Hal ini membuatnya sulit untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Disintegrasi sosial:
Sumilah tidak memiliki jaringan sosial yang kuat di kota besar. Hal ini membuatnya merasa terasing dan akhirya memilih jalan pintas untuk menjadi penyanyi dangdut ketimbang penyanyi profesional.
Analisis feminisme dengan menggunakan teori Emile Durkheim terhadap cerpen "Mila Karakas" menunjukkan bagaimana anomie dan subordinasi perempuan saling terkait. Anomie, atau disintegrasi sosial, dapat mendorong perempuan untuk memasuki industri yang mengeksploitasi mereka, seperti industri dangdut.
Hal ini dapat berakibat pada berbagai dampak negatif, seperti pelecehan seksual dan eksploitasi ekonomi.