KLIKANGGARAN -- Cerpen "Perempuan Itu Pernah Cantik" karya Mashdar Zainal menceritakan tentang seorang perempuan yang sebelum menikah, tak pernah membayangkan akan berhadapan dengan setumpuk piring kotor, baju kotor, dan pekerjaan rumah lainnya.
Dalam perjalanan pencarian kesetaraan gender, konsep kecantikan seringkali menjadi salah satu medan pertempuran yang menarik.
Cerpen "Perempuan Itu Pernah Cantik" karya Mashdar Zainal mengajak pembaca untuk menyelami refleksi mendalam tentang bagaimana kecantikan perempuan tercermin dalam paradigma feminisme, teori Marxis, dan sosialisme.
Pendekatan feminisme menyoroti peran kecantikan dalam menjaga ketidaksetaraan gender. Kecantikan sering dijadikan alat kontrol patriarki yang memaksa perempuan untuk memenuhi standar yang tidak realistis.
Dalam konteks ini, kecantikan menjadi instrumen dominasi yang menekankan nilai fisik perempuan sebagai kriteria utama dalam penilaian mereka. Dalam cerpen ini, kecantikan dipandang sebagai beban sosial yang menindas, memaksa perempuan untuk terus-menerus memperbaiki dan memoles penampilan mereka demi memenuhi ekspektasi masyarakat.
Teori Marxis memberikan wawasan tentang bagaimana kecantikan dapat dipahami dalam konteks ekonomi dan struktur kelas.
Dalam masyarakat yang didominasi oleh kapitalisme, kecantikan seringkali menjadi komoditas yang diperdagangkan di pasar. Perempuan dijadikan objek konsumsi yang memperoleh nilai dari penampilan mereka.
Dalam cerita ini, protagonis merasakan tekanan ekonomi yang kuat untuk mempertahankan kecantikannya, karena hal itu berkaitan langsung dengan kemampuannya untuk memperoleh pekerjaan dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan sosial.
Sosialisme menyoroti pentingnya membangun masyarakat yang lebih adil dan setara, di mana nilai-nilai kolektif lebih diutamakan daripada keuntungan individu. Dalam konteks sosialisme, kecantikan tidak hanya dilihat dari sudut pandang individu, tetapi juga dari perspektif kolektif.
Dalam cerpen ini, kecantikan perempuan tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga hasil dari kondisi sosial dan ekonomi yang ada di sekitarnya.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang feminisme, teori Marxis, dan sosialisme, pembaca diundang untuk merenung tentang kompleksitas konsep kecantikan dalam masyarakat kontemporer.
Cerpen ini memberikan sudut pandang kritis terhadap bagaimana kecantikan dipahami, dieksploitasi, dan dijalankan dalam hubungannya dengan struktur sosial yang ada.
Dengan menggabungkan berbagai perspektif ini, kita dapat melihat kecantikan bukan hanya sebagai masalah individu, tetapi juga sebagai hasil dari sistem yang lebih besar yang perlu dipertanyakan dan diubah untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin atau status ekonomi mereka.
Kesimpulan utama dari analisis ini adalah bahwa konsep kecantikan perempuan tidak dapat dipisahkan dari dinamika kekuasaan, ekonomi, dan sosial dalam masyarakat. Kecantikan tidak hanya menjadi masalah individu, tetapi juga terkait erat dengan struktur yang lebih besar yang mempengaruhi bagaimana kecantikan dipahami, dieksploitasi, dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis : Desi Wulandari (Mahasiswa Universitas Pamulang)