Jakarta, Klikanggaran.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menjelaskan asumsi makro RAPBN 2017 pada Rapat Paripurna DPR, Selasa 30 Agustus 2016 di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta. Penjelasan Sri Mulyani mengacu pada asumsi perekonomian Indonesia berjalan dengan normal, dengan beberapa pertimbangan faktor dinamisasi ekonomi di Internasional. Optimisme Sri Mulyani juga tercurah dari target pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
“RAPBN 2017 disusun dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan domestik. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 5.3 persen, yang akan didukung terutama oleh kinerja pembentukan modal tetap bruto (PMTB), konsumsi masyarakat yang terjaga, dan perbaikan kondisi global yang mempengaruhi perdagangan internasional. Selain itu, Pemerintah tetap mengedepankan pertumbuhan yang berkualitas dengan terus memperbaiki kualitas sumber daya manusia, produktivitas, dan memperbaiki pemerataan pembangunan ekonomi,” ujar Sri Mulyani.
Ia juga menjelaskan bahwa inflasi akan pada kisaran 4 persen, di bawah dari pertumbuhan ekonomi sehingga ekonomi akan lebih baik.
“Inflasi diperkirakan 4.0 persen terutama didukung oleh ketersediaan pasokan bahan kebutuhan pokok yang lebih stabil serta terselesaikannya proyek-proyek infrastruktur yang mendukung kelancaran jalur distribusi,” kata Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani juga belum berani mengasumsikan bahwa rupiah akan menguat pada dollar AS. Menurutnya rupiah terhadap dolar AS pada kisaran Rp. 13.300 karena terdampak perekonomian internasional dan british exit (brexit). Untuk mengatasi problem tersebut, lulusan Universitas Indonesia tersebut mengatakan pemerintah mempersiapkan strategi lifting minyak.
“Indonesia Crude Price (ICP) diperkirakan rata-rata mencapai USD 45.0 per barel, masih di bawah harga normal. Lifting minyak dan gas bumi tahun 2017 diperkirakan masing-masing mencapai 780 ribu barel per hari dan 1.150 ribu barel setara minyak per hari,” imbuh Sri Mulyani.