Selama dua dekade terakhir, dalam semua protes politik atau sosial, satu pertanyaan terus menerus muncul: di manakah Rusia?
Jawabannya agak rumit: kemudian para pendatang baru, mereka masih disibukkan dengan masalah asimilasi yang paling mendasar di negara ini. Beberapa masih trauma dengan karakter pendendam rezim di negara asalnya; yang lain hanya meragukan validitas protes atau penyebab demonstrasi.
Tapi tahun 2020 membawa perubahan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah imigrasi dari bekas Uni Soviet, warga berbahasa Rusia bergabung dalam protes massal.
“Saya akan melakukan demonstrasi di depan kediaman PM,” tulis Katya K. di Facebook. "Saya takut".
“Katya adalah pahlawan,” beberapa temannya membalas dalam bahasa Rusia. Seorang Lev K. menulis sebagai jawabannya: “Tepatnya pemikiran saya. Apakah ini visi Zionis? Untuk apa kami datang ke Israel?"
Pertukaran ini khususnya patut diperhatikan datang dari "generasi 1,5", mengacu pada mereka yang tiba di Israel sebagai anak-anak selama gelombang besar imigrasi dari bekas Uni Soviet pada 1990-an. Kini berusia antara 30 dan 45 tahun, generasi ini kini diyakini memiliki dampak besar pada politik dan masyarakat Israel.
Seminggu yang lalu, masih ragu-ragu, mereka mengorganisir demonstrasi serba Rusia mereka sendiri. Ratusan datang dari seluruh negeri. Pada hari Sabtu, mereka akan mengikuti demonstrasi massal mingguan di depan kediaman Netanyahu di Yerusalem.
“Saya berusia 10 tahun ketika saya datang ke Israel dan menjadikannya rumah saya,” Pavel Kagan mengatakan pada Middle East Eye. Sekarang seorang insinyur perangkat lunak berusia 40 tahun, Kagan adalah tokoh terkemuka dalam protes penutur bahasa Rusia.
