KLIKANGGARAN--Film dokumenter yang berjudul Dirty Vote sedang hangat diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Film yang disutradai oleh Dandhy Dwi Laksono rilis pada 11 Februari 2024 tepat pada masa tenang kampanye.
Dirty vote berhasil mencuri perhatian masyarakat untuk melihat bagaimana demokrasi Indonesia yang diobrak abrik demi melancarakan kekuasaan. Film dokumenter dengan durasi 1 jam 57 menit ini dibintangi oleh tiga ahli hukum tata negara. Mereka adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
Baru sehari tayang di akun YouTube PSHK Indonesia, film ini sudah mencapai lebih dari tiga juta penonton dan hampir 50 ribu komentar. Sebuah tanggapan yang luar biasa dari masyarakat terhadap demokrasi di Indonesia.
Baca Juga: Benamkan Dante 12 Kali, YA Perlu 54 Detik Untuk Membuat Anak Tamara Tyasmara itu Meregang Nyawa
Literasi politik seperti ini tentu dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengetahui seberapa pantas calon pemimpin negara untuk melanjutkan estapet kepemimpinan.
Zainal Arifin membuka film dengan berpesan kepara para penonton.
“Jika Anda nonton film ini, saya punya pesan sederhana. Satu, tolong jadikan film ini sebagai landasan untuk anda melakukan penghukuman,” pesannya.
Selanjutnya Bivitri Susanti menyampaikan pentingnya film Dirty Vote dibuat.
“Saya mau terlibat dalam film ini karena banyak orang yang akan makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa sehingga pemuli ini tidak bisa dianggap baik-baik saja," ungkapnya.
Baca Juga: Pesta Demokrasi: Pilihan Rakyat atau Pilihan Penguasa?
Lebih dari itu Feri Amsari mengaku jika ia diajak oleh figur-figur yang dihormati. Ia juga menyampaikan harapannya semoga film ini mampu mendidik masyarakat luas.
“Selain diajak oleh figur-figur yang saya hormati, tentu saja film ini dianggap akan mampu mendidik publik betapa curangnya pemilu kita dan bagaimana politisi telah mempermaikan publik pemilih hanya untuk memenangkan kepentingan mereka," jelasnya.
Dengan konsep presentasi, ketiga ahli hukum tata negara ini memaparkan berbagai fakta dilengkapi dengan data yang mengungkap polemik Presiden Joko Widodo, Mahkamah Konstitusi, Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wakil Presidon Prabowo Subianto, tidak netralnya Menteri hingga Kepala Desa, dan berbagai fakta lainnya.
Fakta dan data yang disajikan dalam film ini diambil dari berbagai sumber yang kredibel dan terbuka untuk umum. Dengan hadirnya film ini, diharapkan masyarakat luas dapat meningkatkan literasi politik sebagai bahan pertimbangan pemilihan Presiden tahun 2024.
Artikel Terkait
Sentimen Positif Masyarakat Menanggapi Film Dokumenter Dirty Vote
Berbagai Reaksi Elit Politik Tanggapi Film Dirty Vote dari Yusuf Kalla hingga Zulkifli Hasan