KLIKANGGARAN – Minggu pagi, 25 Desember 2022, hujan berhenti sejenak. Langit sedikit cerah mengiringi keberangkatan rombongan ziarah wali songo Ponpes Al Hamid. Sebelas bis dengan tertib beriringan meninggalkan pondok.
Tujuan pertama rombongan ziarah wali songo Ponpes Al Hamid adalah ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon. Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Syekh Syarif Hidayatullah kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati karena dimakamkan di Bukit Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati mulanya berdakwah dan menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon, menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung. Setelah itu melanjutkan berdakwah ke daerah Banten. Ziarah wali songo Ponpes Al Hamid sebagai wujud rasa terima kasih atas usaha para wali menyebarkan Islam dengan cara mengirimkan doa-doa.
Baca Juga: Inilah 10 Drama Korea atau Drakor dan Aktor Korea yang Paling Digemari di Bulan Desember!!
“Dengan ziaroh ke makam beliau, mudah-mudahan kita bisa mengikuti jalan yang beliau lewati,” tutur Ustadz Muin yang menjadi Ketua Panitia Ziarah Wali Songo Ponpes Al Hamid 2022.
Salah satu ustadz Ponpes Al Hamid, Ustadz Solihin, dengan sabar terus memberikan informasi perjalanan kepada para wali santri. Foto dan video perjalanan terus mengalir dengan berbagai macam keterangan, cerita, dan pesan-pesan keagamaan. Wajah anak-anak terlihat gembira, hati keluarga pun bahagia.
Pada pukul 21.00 Ustadz Solihin menginforsikan bahwa rombongan sudah tiba di makam Raden Patah. Raden Patah di masa kecil lebih akrab dipanggil dengan sebutan Pangeran Jimbun. Dia merupakan putra dari Brawijaya V, raja terakhir Majapahit dan seorang putri asal Tionghoa dari Dinasti Ming bernama Siu Bun Ci. Raden Patah yang lahir di Palembang pada tahun 1455 ini kemudian masuk Islam dan menjadi murid sekaligus menantu Sunan Ampel.
Baca Juga: RESMI, DPR Amerika Serikat Larang Tiktok Digunakan, Inilah Sejumlah Alasannya!!
Ustadz Muin menjelaskan, menurut catatan KH. Agus Sunyoto, Raden Patah termasuk menjadi penyebar agama Islam di tanah Jawa. Raden Patah juga membangun Masjid Agung Demak dibantu oleh para wali. Pilar atau penyangga masjid tersebut konon dibuat dari serpihan kayu-kayu kecil. Pada tiap pilar tertulis nama-nama wali yang memberikan bantuan.
Ustadz Muin menambahkan, jarang orang mengerti bahwa di sebelah makam Raden Patah, ada makam Syekh Maulana Muhammad al-Maghribi. Ustadz Muin menganjurkan, setelah ziarah ke makam Raden Patah sebaiknya langsung menuju makam Syekh Maulana Muhammad al-Maghribi.
Syekh Maulana Muhammad al-Maghribi berasal dari negeri Maghrib atau Maroko, Afrika bagian Utara. Nama beliau juga tercatat sebagai Anggota Dewan Walisongo Senior.
Nah, Sobat Klik, perjalanan selanjutnya ke makam Sunan Kalijaga. Beliau dikenal sebagai wali yang sangat lekat dengan muslim di Pulau Jawa. Ini karena kemampuan Sunan Kalijaga memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Sunan Kalijaga juga dikenal dengan cara dakwahnya yang menggunakan pendekatan seni dan budaya. Salah satunya adalah wayang.
Artikel Terkait
Tradisi Intelektual Pesantren, Inilah Bahtsul Masail di Ponpes Al Hamid
Soal Rekayasa OlShop, Ini Jawaban Bahtsul Masail FMPP ke 37 di PP Al Hamid
Aqiqah Berangsur, Bagaimana Menurut Bahtsul Masail FMPP?
Catat! Ini Keputusan Bahtsul Masail FMPP Soal Ganja untuk Medis
Bolehkah Menghadiri Acara Hari Raya Agama Lain? Ini Jawaban Bahtsul Masail FMPP
Libur Sekolah dan Tradisi Ziarah Wali Songo di Ponpes Al Hamid