KLIKANGGARAN-- Gunung Agung merupakan titik tertinggi di Pulau Bali. Letaknya di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Dari puncaknya, kita bisa melihat Gunung Rinjani di Lombok, juga Pulau Nusa Penida yang berada di bagian Tenggara Tanah Dewata.
Di lerengnya, berdiri dengan megah tempat ibadah umat Hindu, Pura Besakih. Tempat ini merupakan salah satu pura penting sebab dipercaya sebagai rumah para dewa. Selain sebagai tujuan ibadah, Gunung Agung juga kerap dijadikan spot pendakian.
Gunung Agung adalah gunungapi dengan tipe stratovolcano. Puncaknya kerap tertutup awan. Kawahnya sangat besar dan cukup dalam yang terkadang mengeluarkan asap dan uap air. (Wikipedia, diakses 18 Oktober 2021).
Baca Juga: Juara Piala Thomas, Presiden Jokowi Ucapkan Selamat kepada Pemain dan Pelatih
Gempa Bali Sabtu dini hari, 16 Oktober 2021, menyisakan duka bagi keluarga korban. Gempa dengan kekuatan 4,8 M yang berpusat di kompleks gunungapi Agung-Batur diduga terjadi karena aktivitas magma sehingga menyebabkan pergerakan sesar lokal.
Seperti kita tahu, ada dua jenis gempa, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik. Gempa tektonik dihasilkan dari tumbukan dua lempeng, sementara gempa vulkanik terjadi karena aktivitas magma dalam dapur magma.
Rentetan gempa vulkanik menjadi permulaan letusan gunungapi seperti yang tercatat dalam sejarah. Dan, ini bukan kali pertama Gunung Agung memamerkan potensi letusannya. Setidaknya, tercatat sejak abad 18, Gunung Agung sudah beberapa kali memuntahkan isi perutnya.
Baca Juga: Microsoft Tutup Aplikasi LinkedIn di China, Kenapa ya?
Letusan tahun 1710-1711 adalah letusan pertama yang tercatat dalam sejarah. Lontar Babad Gumi menyebutkan bahwa letusan pada masa itu menghasilkan air panas yang sampai merusak beberapa desa di sekitarnya.
Di masa kini, letusan Gunung Agung terbesar tercatat pada tanggal 17 Maret 1963. Tinggi kolom abu saat itu mencapai dua ribu meter dari puncak kawah. Korban jiwa berjumlah lebih dari seribu orang. Beberapa sumber lain menyebut lebih dari dua ribu jiwa. Letusan ini tidak hanya berdampak bagi Pulau Bali, tetapi juga Pulau Lombok dan timur Pulau Jawa. Beberapa hari lamanya kabut gelap menyelimuti langit.
Sebagai salah satu dari anggota Ring of Fire, Gunung Agung adalah gunungapi yang masih aktif sampai saat ini. Letusan abu signifikan lainnya tercatat tahun 2018 yang menyebabkan tiga bandar udara di sekitarnya (Bandar Udara Ngurah Rai, Bandar Udara Banyuwangi, dan Bandar Udara Jember) harus ditutup untuk penerbangan.
Baca Juga: Luar Biasa, Indonesia Juara Piala Thomas, Kalahkan China 3-0
Sampai saat ini, Gunung Agung tetap dipantau oleh tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Tidak dimungkiri, status gunungapi aktif ini membuat setiap detik berharga. Dan, berkaca pada letusan Gunung Krakatau abad 19, Gunung Agung juga bisa memiliki potensi yang sama. Maka, pengamatan intens tetapi harus dilakukan untuk membaca pergerakan fluida.
Meskipun begitu, layaknya gunungapi lain di dunia, Gunung Agung tetap menyimpan segala keindahannya. Dengan menerapkan prosedur keselamatan yang ketat, wisatawan masih bisa menikmati bentang alam Gunung Agung.***
Artikel Terkait
Mahasiswa Korban Kekerasan Oknum Polisi: Dijemput Bupati Tangerang, Kapolresta dan Dandim saat Pulang dari RS
Kini Berobat Lebih Nyaman di Poli Rawat Jalan RSUD Kayuagung, Sumatera Selatan, Pendaftaran Tidak Perlu Antre
Kisah Sedih MTs Harapan Baru, Ciamis: Tragedi Susur Sungai Hingga Guru Pingsan ketika Berupaya Menolong
Harimau yang Menewaskan Warga yang Mencari Sinyal, Akhirnya Ditangkap Tim Gabungan BKSDA
Gempa Bali Berkekuatan 4.8 Magnitudo, Benarkah Berkaitan dengan Gempa 9 SR?
Istri Ridwan Kamil: Kegiatan Susur Sungai yang Tewaskan 11 Siswa MTs Bukan Kegiatan Pramuka
Hujan Deras dan Angin Kencang Landa Cibinong Bogor, Papan Reklame Cibinong City Mal Terbang