KLIKANGGARAN – Kebijakan Pemerintah menurunkan harga tes PCR mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Selain banyak yang senang dan sedikit lega dengan penurunan harga ini, tentu saja banyak pula menuai protes hangat.
“Knapa seolah ini persoalan harga? Knapa ga dipersoalkan apakah alat tes PCR nya itu sendiri benar?” Demikian cuitan akun @finalphase_99 di Twitter.
“…mungkinkah keharusan test PCR krn untuk menghabiskan stok barang yang sudah terlanjur diimpor??” tulis akun @cahyoyok_1826.
Baca Juga: Cerita Mistis dari Bali, Sakralnya Pemujaan pada Ratu Ayu Mas Subandar
Bahkan, Dr. Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 pun ikut memberikan suaranya atas turunnya harga PCR ini.
Melalui akun Twitter @susipudjiastuti, pengusaha pemilik dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product ini menuliskan, "Harga PCR mau dipakai di semua moda transportasi. Bisakah harganya seperti India? Kenapa Kita di Indonesia harus bayar 4xnya .. bahkan 6x..sd 10x nya.”
“Kenapa dihimbau turun hanya sd Rp 300.000 ??? India PCR Cuma Rp 96 Ribu, Di RI Kenapa Harganya Selangit?" tulis Susi lagi di Twitter, Selasa, 26 Oktober 2021.
Baca Juga: KPK Berikan Atensi pada 1474 Aset Tanah Pemkab OKI yang Belum Bersertifikat
Ramainya netizen ini karena kebanyakan menginginkan tes PCR dihilangkan dari syarat perjalanan.
Dalam pemberitaan klikanggaran.com sebelumnya, seorang tenaga kesehatan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo Lampung mengatakan, selagi masih masa pandemi covid-19 dan belum ada metode yang lebih tepat, PCR masih diperlukan.
Pendapat ini senada dengan yang disampaikan oleh salah seorang dokter, sebut saja dr. Amran (bukan nama sebenarnya_Red) dari rumah sakit pemerintah. Ketika dikonfirmasi dokter ini mengatakan, persyaratan tes PCR tetap harus ada untuk semua moda transportasi.
“Harga sesuaikan dengan modal,” ujar dr. Amran pada klikanggaran.com melalui pesan WhatsApp, Kamis, 28 Oktober 2021.
Ketika ditanyakan kemungkinan dihapusnya tes PCR sebagai syarat perjalanan, Dokter Amran mengatakan, kasus harian baru masih ada. Oleh karenanya, masyarakat harus tetap antisipasi, khususnya kemungkinan gelombang ke 3.