Meski identitas para saksi tidak dirinci, Jules memastikan semuanya memiliki keterkaitan langsung dengan peristiwa yang terjadi di Ponpes Al Khoziny.
“Untuk latar belakangnya, bisa berbagai latar belakang yang tentunya harus ada kaitan, relevan, dengan peristiwa tersebut. Kalau mengetahui saja atau datang terlambat, tidak mengetahui persis kejadian pada saat itu, mungkin tidak kita dalami,” tegasnya.
Ia menambahkan, arah pendalaman selanjutnya akan ditentukan oleh tim penyidik dan menunggu hasil pemeriksaan lanjutan.
Evakuasi 171 Korban Tuntas
Sebelumnya, proses evakuasi yang dilakukan tim SAR Gabungan telah berlangsung selama sembilan hari. Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI M. Syafii, menyatakan total 171 korban berhasil dievakuasi — terdiri atas 104 orang selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan bagian tubuh (body part).
“Seluruh korban telah berhasil dievakuasi dari lokasi dan telah diserahterimakan ke Disaster Victim Identification (DVI) Bidokkes Polda Jawa Timur untuk ditindaklanjuti proses identifikasi secara ilmiah dan resmi,” ujar Syafii dalam apel penutupan evakuasi, 7 Oktober 2025.
“Kami mengimbau kepada seluruh keluarga korban dan masyarakat untuk menunggu hasil identifikasi resmi yang disampaikan oleh DVI sebagai satu-satunya sumber sah dan akurat,” jelasnya.
Sementara itu, data BNPB mencatat jumlah korban meninggal dunia sebanyak 61 orang. Perbedaan data ini disebabkan perbedaan metode perhitungan.
“Tidak ada perbedaan (jumlah korban), Basarnas menghitung jumlah kantong jenazah, dari sekian kantong itu ada body part. Kalau dari BNPB, karena utuh kita anggap ada 61, jadi tidak ada perbedaan ya,” kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan kepada wartawan.
Dengan tuntasnya proses evakuasi, kini publik menantikan hasil penyidikan Polda Jatim untuk mengungkap apakah ada unsur kelalaian atau pelanggaran dalam ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny tersebut.**