Penyidik kini menelusuri berbagai keterangan untuk mengetahui motif dan kondisi psikologis ABH sebelum kejadian.
Budi menyatakan, "Pemeriksaan juga terus dilakukan kepada saksi-saksi tak terkecuali ayah dan kakaknya." Polisi juga fokus pada dinamika keluarga serta situasi sekolah sebelum ledakan terjadi.
Di tengah proses hukum, pihak sekolah memutuskan tetap menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sejak 10 November 2025, Dinas Pendidikan DKI Jakarta menetapkan PJJ berlangsung hingga gedung sekolah dianggap benar-benar aman.
Trauma Siswa Masih Tinggi
Secara terpisah, Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Tampubolon, mengakui masih banyak siswa yang belum pulih secara emosional.
"Hari Senin itu yang pasti masih PJJ. Kita pantau dan pastikan dengan orang tua apakah sudah boleh hybrid," ujarnya di Kantor Wali Kota Jakarta Utara.
Tetty mengatakan pembelajaran tatap muka penuh belum memungkinkan. "Kita belum bisa memastikan mereka harus seluruhnya belajar luring karena masih ada yang traumanya," tuturnya.
Saat ini asesmen psikologis dilakukan bersama Dinas Pendidikan, Kemenkes, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), dan Kemendikdasmen.
Ia menambahkan, "Kelihatannya anak-anak sudah mulai rindu sama sekolah. Tapi hasil resminya belum."
Tetty turut menyampaikan harapannya agar seluruh siswa dapat pulih secara menyeluruh. "Harapannya tentu mereka sembuh. Dengan keajaiban Tuhan, anak-anak yang saleh akan segera sembuh," katanya.**
Artikel Terkait
UPDATE Ledakan SMAN 72: Polisi Ungkap Kondisi Psikologis Pelaku, Sering Merasa Sendiri dan Terpengaruh Konten Kekerasan Online
UPDATE LEDAKAN SMAN 72: Orang Tua Korban Keluhkan Belum Ada Kepastian Tanggungan Biaya, Sebut Belum Pernah Ditemui Pejabat Pemerintah
Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Sadar Usai Operasi, Polisi Dalami Dugaan Perundungan dan Kondisi Keluarga yang Sunyi
Gubernur DKI Bantah Isu Bullying di SMAN 72, Sebut Pelaku Ledakan Terpengaruh Tayangan Kekerasan