Gelombang Mundurnya Perempuan dari Dunia Kerja AS 2025: Kebijakan WFO Penuh, Biaya Daycare Tinggi Jadi Pemicu

photo author
- Minggu, 10 Agustus 2025 | 22:01 WIB
Ilustrasi tempat atau fasilitas sekolah bagi anak usia dini ((Unplash.com/GautamaArora))
Ilustrasi tempat atau fasilitas sekolah bagi anak usia dini ((Unplash.com/GautamaArora))

(KLIKANGGARAN) – Tahun 2025 di Amerika Serikat diwarnai fenomena besar keluarnya tenaga kerja perempuan dari berbagai sektor.

Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS per 1 Agustus 2025 menunjukkan, sejak Januari, ada sekitar 212.000 perempuan berusia di atas 20 tahun yang meninggalkan pekerjaan mereka.

Misty Lee Heggeness, profesor ekonomi dan urusan publik di University of Kansas, mengungkapkan bahwa partisipasi angkatan kerja perempuan usia 25–44 tahun yang tinggal bersama anak di bawah lima tahun turun hampir tiga poin persentase, dari 69,7 persen menjadi 66,9 persen.

Baca Juga: Juara di Thailand, Christian Adinata Kantongi Hadiah Rp 7,2 Juta, Gelar Pertama setelah Lama Absen karena Cidera

"Ini kemunduran besar," ujar Heggeness seperti dilansir TIME, Minggu 10 Agustus 2025. Ia menambahkan, tren positif yang terbentuk sejak 2022 hingga awal 2025 berkat kebijakan kerja fleksibel kini terhenti setelah fleksibilitas itu mulai dicabut.

Instruksi Presiden Donald Trump yang mewajibkan pegawai federal kembali bekerja di kantor lima hari seminggu memicu perubahan besar.

Banyak pekerja yang sebelumnya pindah jauh atau terbiasa bekerja jarak jauh kini terdampak. Perusahaan besar seperti Amazon hingga JP Morgan ikut memberlakukan aturan serupa.

Baca Juga: Puspom TNI Tetapkan 4 Prajurit Tersangka Kematian Prada Lucky, 16 Lainnya Masih Jalani Pemeriksaan, Siapa Saja Mereka?

Menurut Flex Index, jumlah perusahaan Fortune 500 yang mewajibkan WFO penuh naik dari 13 persen pada akhir 2024 menjadi 24 persen di kuartal II 2025.

Julie Vogtman, Direktur Senior Pusat Hukum Perempuan Nasional, menyebut perempuan berpendidikan sarjana menjadi kelompok paling terdampak.

Tingkat partisipasi mereka yang mencapai 70,3 persen pada September 2024 kini merosot ke 67,7 persen pada Juli 2025.

"Bukan kebetulan kalau partisipasi perempuan turun ketika fleksibilitas hilang," tegas Vogtman. Ia menjelaskan, kerja jarak jauh memberi peluang bagi perempuan untuk tetap berada di dunia kerja, terutama karena tanggung jawab pengasuhan masih dominan di pundak mereka.

Baca Juga: Deny, Siswa SMAN 2 Semarang Lolos PTN: Hasil Belajar dengan Metode Active Recall dan Skala Prioritas

"Perempuan masih memikul porsi terbesar tanggung jawab pengasuhan. Ketika beban ini tak lagi seimbang dengan pekerjaan, mereka lebih mungkin mundur dibanding pria," jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X