Survei ‘Walr’ terhadap resume karyawan di Microsoft, SpaceX, dan Apple pada 2024 mengungkap terjadinya eksodus pegawai senior setelah kebijakan WFO penuh diterapkan, yang berdampak pada daya saing perusahaan.
Hampir dua pertiga eksekutif C-suite mengakui kebijakan itu membuat banyak perempuan hengkang, mempersulit rekrutmen, dan menurunkan produktivitas.
Heggeness menilai, banyak keputusan ini lahir dari lingkaran pembuat kebijakan yang relatif memiliki privilege.
"Kebanyakan keputusan ini datang dari orang-orang yang punya 'privilege' karena mereka punya orang yang suka memasak, menyetrika, atau menjemput anak ke daycare," tuturnya.
Selain hilangnya fleksibilitas, krisis biaya dan akses penitipan anak ikut memperburuk keadaan. Pendanaan federal untuk daycare menurun drastis pada 2025, memaksa sejumlah pusat layanan tutup atau menaikkan tarif.
Deportasi massal juga berimbas pada sektor ini, mengingat sekitar 20 persen tenaga kerjanya adalah imigran.
Akibatnya, pengeluaran keluarga untuk pendidikan anak yang sempat turun pada 2023–2024 kembali melonjak sejak akhir 2024, naik 3,3 persen pada kuartal IV, dan terus merangkak sepanjang 2025.
"Banyak perempuan kini sulit membuat perhitungan biaya agar masuk akal," kata Vogtman.**
Artikel Terkait
Nurmala Kartini Jadi Calon Dubes Jepang, Ibu Bos Danantara Itu Pernah Berkiprah di 3 Negara Amerika Selatan
Mantan Menteri Jokowi Dicalonkan Jadi Dubes Amerika Serikat, DPR Beberkan Rekam Jejaknya
Penembakan di Texas: Pria Michigan Tewas Usai Serang Patroli Perbatasan Amerika Serikat
Kesepakatan Dagang Trump-Prabowo Dikritik Warga AS, Sebut Tarif 19 Persen Justru Dibebankan ke Warga Amerika