(KLIKANGGARAN) – Kasus meninggalnya prajurit TNI AD, Prada Lucky Chepril Saputra Namo, memicu perhatian luas publik. Dugaan kuat menyebut kematian Prada Lucky terjadi akibat penganiayaan yang dilakukan seniornya.
Ayah korban, Sersan Mayor (Serma) Christian Namo, yang juga seorang anggota TNI, meluapkan kemarahan dan menuntut agar pelaku segera diusut.
“Apa perlu korban terus? Nggak ada yang berani tutup mulut saya, siapapun itu nggak ada yang berani, untuk kebenaran, keadilan, berani sentuh saya?” tegas Christian di Bandara El Tari Kupang, Kamis 7 Agustus 2025, saat menjemput jenazah anaknya.
Christian menegaskan bahwa dirinya tak gentar mempertaruhkan nyawa demi menegakkan keadilan.
“Nyawa saya taruhannya kok, saya mati dulu baru masalah ini selesai,” ujarnya.
“Selama saya hidup, saya kejar terus. Kalau sempat tidak dapat keadilan, Indonesia bubar, Merah Putih bakar saja,” tambahnya dengan nada tinggi.
Ia menegaskan perjuangannya bukan hanya untuk putranya, tetapi juga untuk mencegah korban lain di masa depan.
“Saya tentara, tentara merah putih, jiwa saya merah putih, kalau bisa semua dihukum mati,” katanya.
“Biar tidak ada Lucky yang lain, Lucky-Lucky yang lain. Ingat baik-baik, anak tentara saja dibunuh kok, bagaimana mau yang lain,” tukasnya.
Informasi yang beredar mengungkap adanya luka pada tubuh mendiang, termasuk dugaan pukulan dengan benda keras di punggung serta bekas sundutan rokok di lengan dan kaki.
Baca Juga: Ballon d’Or 2025: Daftar Lengkap Nomine, Mekanisme Penilaian, dan Jadwal Pengumuman di Paris
Saat ini, pihak berwenang telah menahan empat prajurit TNI yang diduga terlibat dalam penganiayaan terhadap Prada Lucky.**
Artikel Terkait
Tiga Anggota Polisi Gugur Diduga Ditembak Oknum TNI saat Gerebek Sabung Ayam di Lampung, Begini Tanggapan Danrem 043/Garuda Hitam
Peduli Lingkungan, Purnawirawan TNI AD Bersihkan Sampah Secara Sukarela di Bibir Pantai Suak Timah Aceh Barat
Solusi Anak Bermasalah: Barak TNI ala Kang Dedi Mulyadi (KDM) atau "Barak" Keluarga?
TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi: TNI dan Warga Gotong Royong Bangun Jembatan, Angkong Jadi Solusi Medan Sulit