KLIKANGGARAN -- Para menteri keuangan BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) secara aktif menjajaki penciptaan sistem pembayaran terpadu berdasarkan teknologi blockchain.
Sistem ini bertujuan untuk memberikan alternatif terhadap sistem pesan keuangan SWIFT yang didominasi negara Barat.
Dengan melakukan hal ini, negara-negara BRICS berupaya mengurangi ketergantungan mereka pada pembayaran dengan dolar AS, yang saat ini menimbulkan risiko signifikan dalam perdagangan global.
Jika berhasil dilaksanakan, inisiatif ini dapat menandai perubahan penting menuju kemandirian dan stabilitas finansial yang lebih besar bagi negara-negara anggota BRICS.
Menteri Keuangan BRICS saat ini sedang mengkaji kemungkinan peluncuran sistem penyelesaian keuangan berbasis blockchain yang dapat digunakan sebagai pengganti sistem pesan keuangan SWIFT yang didominasi negara Barat, kata Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov pada hari Jumat, dilansir Russia Today.
Baca Juga: Akhirnya Terungkap, Ternyata Ini Alasan Polwan Briptu FN Bakar Suami, Briptu RDW di Jombang, Kenapa?
Menyediakan sistem pembayaran alternatif adalah tujuan utama dari mekanisme baru ini, karena penyelesaian dolar AS saat ini menimbulkan “risiko besar” bagi peserta perdagangan global, Siluanov mengatakan kepada Izvestia di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF).
Menteri mengatakan bahwa Rusia mengusulkan pembuatan platform bersama untuk pertukaran aset keuangan digital yang akan diterbitkan oleh bank sentral berdasarkan mata uang nasional.
“Sistem penyelesaian baru berdasarkan teknologi digital modern adalah masa depan,” katanya, menyoroti “aset keuangan digital, token, dan sistem blockchain” sebagai alat yang memungkinkan pengabaian SWIFT.
Sistem pembayaran baru tidak akan menimbulkan risiko apa pun bagi bank, karena operasi tidak akan diproses melalui sistem perbankan, menurut Siluanov, yang menekankan bahwa semua negara anggota BRICS harus terlebih dahulu mencapai kesepakatan mengenai proposal tersebut.
Penggunaan mata uang nasional kini menjadi alat utama untuk melakukan pembayaran lintas batas bagi Rusia, kata Siluanov, seraya menambahkan bahwa Moskow dan mitra dagangnya masih mencari cara baru untuk mendukung aktivitas ekspor-impor.
“Penyelesaian dalam mata uang nasional juga merupakan jalan keluar, namun kami melihat adanya pembatasan bagi lembaga keuangan yang saat ini tidak selalu siap, mengingat risiko sanksi, untuk memproses pembayaran dengan bank-bank Rusia,” jelas menteri.
Rusia telah mempromosikan sistem pembayaran domestiknya sendiri sebagai alternatif yang dapat diandalkan dibandingkan SWIFT, sejak banyak lembaga keuangan negara tersebut terputus dari jaringan keuangan Barat pada tahun 2022.
Artikel Terkait
Viral Momen Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Hebat hingga Harus Mendarat Darurat di Bangkok, Dua Orang Meninggal Dunia
CEO JPMorgan Asia Pasifik: Tiongkok Terlalu Besar untuk Dikesampingkan
Uni Eropa Targetkan Sanksi sebab Masuknya Mobil Mewah ke Rusia lewat Jalur Belarusia
Memotong Palestina dari Sistem Perbankan Global Akan Menjadi Bencana
Reaksi Moskow terhadap Peringatan Embargo Perdagangan AS, Tindakan Embargo Akan Menghancurkan Perekonomian Global
Rubel Mendominasi Mata Uang Barat dalam Transaksi Perdagangan Luar Negeri Sementara Mata Uang Negara ‘Tidak Bersahabat’ Berkurang Setengahnya