KLIKANGGARAN -- Mata uang Rusia, rubel, meningkat peranya dalam opersi perdagangan luar negeri, kata Vladimir Putin, Presiden Rusia. Sebaliknya, mata uang dari negara-negara yang "tidak bersahabat"kemurun.
Pernyataan putin tentang peningktan peran rubel tersebut disampaikan saat Putin berpidato di sesi pleno di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF).
Istilah negara yang ‘tidak bersahabat’ ditujukan kepada negara-negara yang telah menerapkan sanksi finansial berat terhadap Rusia sebagai respons terhadap konflik di Ukraina.
“Tahun lalu, porsi pembayaran ekspor Rusia dalam mata uang yang disebut sebagai mata uang ‘beracun’ di negara-negara yang tidak bersahabat menurun setengahnya. Pada saat yang sama, pangsa rubel dalam transaksi ekspor dan impor meningkat, kini mendekati 40%,” kata Putin.
Baca Juga: Inilah Sosok Salmania atau Salma yang Dikabarkan Tengah Didekati Teuku Ryan, Siapa Sebenarnya?
Dia juga mencatat bahwa porsi mata uang Rusia dalam pembayaran internasional meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2021.
Rusia secara aktif mulai menggantikan dolar dan euro dalam perdagangan luar negeri di tengah sanksi Barat yang diberlakukan terkait konflik Ukraina.
Sejak saat itu, jumlah rekening bank dan transaksi antara perusahaan dan lembaga keuangan yang melibatkan mata uang Barat telah berkurang secara signifikan. Sebelum konflik, porsi dolar AS dan euro dalam pemukiman di Rusia adalah sekitar 90%.
Menurut Putin, negara-negara sahabat saat ini menyumbang tiga perempat dari omset perdagangan Rusia.
Rusia akan terus meningkatkan pembayaran lintas batas dalam mata uang nasional dengan negara-negara lain, kata presiden.
Putin juga menyoroti bahwa negara-negara BRICS sedang mengembangkan infrastruktur pembayaran mereka sendiri, terlepas dari alternatif Barat.
“[Negara-negara] BRICS sedang berupaya membangun sistem pembayaran independen yang tidak tunduk pada tekanan politik, penipuan, dan tekanan sanksi eksternal,” kata presiden Rusia.***
Artikel Terkait
Viral Momen Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Hebat hingga Harus Mendarat Darurat di Bangkok, Dua Orang Meninggal Dunia
CEO JPMorgan Asia Pasifik: Tiongkok Terlalu Besar untuk Dikesampingkan
Uni Eropa Targetkan Sanksi sebab Masuknya Mobil Mewah ke Rusia lewat Jalur Belarusia
Memotong Palestina dari Sistem Perbankan Global Akan Menjadi Bencana
Reaksi Moskow terhadap Peringatan Embargo Perdagangan AS, Tindakan Embargo Akan Menghancurkan Perekonomian Global