KLIKANGGARAN -- Amerika Serikat mungkin satu-satunya negara yang paling sering mengembargo negara lagi. Banyak negara tak berdaya terhadap embargo Amerika Serikat. Namun, berbeda dengan negara lain, Rusia justru mampu bertahan atas embargo Amerika Serikat.
Duta Besar Moskow untuk Washington, Anatoly Antonov, mengatakan bahwa potensi embargo perdagangan AS terhadap Rusia tidak akan merusak perekonomian negara tersebut, namun akan sangat merugikan perdagangan internasional.
Sementara itu, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih untuk ekonomi internasional, Daleep Singh, mengatakan, “Sejarah embargo [perdagangan] bukanlah sejarah yang panjang.
Namun jika Rusia mengubah perekonomiannya sepenuhnya menjadi pabrik mesin perang, kita akan sampai pada titik di mana secara de facto kita akan berakhir di sana.”
Pernyataan Singh itu disampaikan pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Brookings Institution di Washington pada hari Selasa, ketika ditanya apakah AS harus “memberikan tarif pada semua ekspor Rusia” sebagai bagian dari sanksi atas konflik Ukraina.
Antonov menanggapi Singh dalam postingan Telegram pada hari Rabu, dengan menegaskan bahwa “tidak ada embargo atau sanksi yang akan menghancurkan perekonomian Rusia.”
“Tidak mungkin memaksa Rusia untuk menyimpang dari jalur prinsipnya. Kami terus membangun potensi sosio-ekonomi dan industri,” katanya, seraya menyebutkan pertumbuhan ekonomi negara yang kuat.
Meskipun Rusia menjadi negara yang paling terkena sanksi di dunia, PDB meningkat sebesar 3,6% dan “lebih tinggi dari rata-rata global” pada tahun 2023, menurut Presiden Rusia Vladimir Putin.
Bank Sentral mengatakan bulan lalu bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan antara 2,5% dan 3,5% tahun ini.
Baca Juga: Starla Anak Musisi Virgoun dan Inara Rusli Kini Memiliki Hobi Bermusik, Ini Profilnya
Para pejabat AS “tidak mempunyai kebanggaan ketika mengeluarkan pernyataan seperti itu” mengenai embargo, tegas duta besar tersebut.
“Intinya, Amerika secara terbuka mengisyaratkan kesiapannya untuk sepenuhnya menghancurkan hubungan ekonomi global yang sudah terjalin,” tambahnya.
Menurut Antonov, negara-negara berkembang dan bisnis dari semua ukuran “menderita” akibat fragmentasi yang disebabkan oleh lebih dari 4.500 pembatasan yang diberlakukan oleh Washington terhadap individu dan perusahaan di seluruh dunia sejak Februari 2022, ketika operasi militer Rusia di Ukraina dimulai.
Artikel Terkait
Taliban Bukanlah Ancaman, New Delhi dan Moskow Memiliki Pendekatan Serupa terhadap Krisis Afghanistan
Ini Kronologi Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Pegunungan Berkabut, Bagaimana Kondisinya?
Innalillahi, Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Pejabat Senior Dilaporkan Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Helikopter
Potensi Kemenangan Trump dalam Pilpres Dipakai Pemerintah Biden untuk Menekan Negara G7 Menggunakan Aset Rusia
Viral Momen Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Hebat hingga Harus Mendarat Darurat di Bangkok, Dua Orang Meninggal Dunia
CEO JPMorgan Asia Pasifik: Tiongkok Terlalu Besar untuk Dikesampingkan
Uni Eropa Targetkan Sanksi sebab Masuknya Mobil Mewah ke Rusia lewat Jalur Belarusia
Memotong Palestina dari Sistem Perbankan Global Akan Menjadi Bencana