Aziz Ahmadi: Militer Indonesia Kembali Menangis

photo author
- Sabtu, 24 September 2016 | 05:13 WIB
images_berita_Sep16_1-KR-Agus
images_berita_Sep16_1-KR-Agus

Bukan bermaksud untuk berlebihan, sebagai purnawirawan jenderal, Aziz Ahmadi mencoba mewakili perasaan jujur para prajurit, yang digambarkannya seperti tangisan Titik Puspa ketika Bing Slamet dijemput, wafat.

“Bedanya, kali ini para serdadu TNI ditinggalkan Agus, sang idola, untuk berjuang dan mengabdi di sisi seberang,” kata Aziz Ahmadi dalam salah satu catatan klikanggaran, Sabtu (24/09/2016).

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) seperti dikatakan Aziz Ahmadi, adalah idola generasi sepantarannya. Selain ganteng, cerdas/smart, dan santun, di mata lapisan generasi muda TNI, AHY bukan hebat karena pernah menjadi anak seorang presiden. Di jalurnya dia mandiri. Dia adalah prajurit berikut segala suka dan duka seperti yang lain-lainnya.

Mayor Inf. TNI Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., MPA., M.A. kecerdasannya konon – photo copy bahkan mungkin lebih jernih, atau melampaui SBY, seniornya. Ini dibuktikan dengan 3 gelar master dari Perti terkemuka luar negeri (NTU/Sin, Harvard, dan Webster/AS) yang diraihnya.

“Hebohnya, tiga Master itu diraih masing-masing tidak lebih dari 1,5 tahun dalam tempo berurutan. Dan, ketiganya pula, lulus dengan summa cumlaude, dengan IPK tertinggi. Hanya di NTU Agus berada di nomor urut 2, setelah putra Presiden Timtim, Xanana Gusmao,” puji Aziz Ahmadi.

Seperti diungkapkan oleh Aziz Ahmadi, menurut Panglima TNI, Agus merupakan salah satu prajurit yang sedang dipersiapkan dan digadang-gadang menjadi kader utama pimpinan militer/TNI, di masa depan.

Aziz Ahmadi kemudian membahas tentang persimpangan atau lompatan jalur pengabdian prajurit (dari militer ke politik), seperti yang dilakukan AHY ini sesungguhnya tidaklah aneh-aneh amat. Keputusan besarnya menjadi terasa aneh, justru karena keterkejutan dan kemasygulan kita saja.

“Beritanya memang tiba-tiba, begitu mendadak, menggelegar bak halilintar menyambar-nyambar. Jagat militer mungkin yang paling terkesima, bagaikan kampanye Ki Dalang, saat goro-goro manjing wanci. Sangsoyo dalu araras, katon abyor lintang kumedap, ooo ..., langit kelap-kelip (byar-pet/on-off), mendhung gemulung, bledhek nyampar nyandhung, udan deres koyo pinusus, peteng ndhedhet lelimengan,” lanjutnya.

Di lain waktu dan tempat, tentu kita sangat kenal dengan Jhon F. Kennedy (JFK). Dialah Presiden ke 35 AS yang berkuasa amat singkat. Dia berkuasa hanya 3 tahun (1961-1963) karena wafat oleh penembak misterius. Akan tetapi, nama dan legasinya menjadikan JFK seorang Presiden paling dikenang oleh masyarakat AS.

“Maaf, saya tidak sedang mensejajarkan AHY dengan JFK. Saya hanya ingin membantu mengurangi kemasygulan diri ini, sekaligus memastikan, langkah Agus tidaklah salah. Walaupun Agus terbata-bata saat pamitan kepada TNI almamaternya, Agus tidak sedang menyesali keputusan besar dan langkah yang telah diambilnya. Apalagi, Agus tengah dangan bodohnya merintis jalan bunuh diri,” ulas Aziz Ahmadi.

AHY dalam pandangan Aziz Ahmadi sama dangan JFK, yang mengakhiri dinas militernya dengan pangkat Letnan. Seperti Agus, JFK sudah lebih dulu pamit dari militer untuk menyeberangi samudera politik, sekembalinya dari penugasan di Samudera Pasifik.

Kemudian dengan nada berat Aziz Ahmadi mengatakan bahwa Agus, sejatinya menapaktilasi JFK. Semoga Agus Harimurti Yudhoyono sama, bahkan lebih gemilang lagi, seperti makna dan doa yang terkandung dalam namanya.

“Selamat jalan, Prajuritku. Doa kami menyertaimu. Jangan pernah pergi mencari, tapi kembalilah membawa kemenangan. Kemenangan rakyat Jakarta yang rindu akan kesantunan, moralitas, dan kecerdasan dalam kepemimpinan,” tutup Aziz Ahmadi.

(kr)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kit Rose

Tags

Rekomendasi

Terkini

X