Lengkap! Sejarah Sumpah Pemuda, Tiga Kali Rapat Hingga Hasilkan Sumpah Pemuda

photo author
- Kamis, 28 Oktober 2021 | 05:50 WIB
Seorang pemuda mengibarakan Sang Merah Putih (Instagram/@junae.id)
Seorang pemuda mengibarakan Sang Merah Putih (Instagram/@junae.id)

KLIKANGGARAN-- Pada hari ini, Kamis, 28 Oktober 2021, bangsa Indonesia tengah euforia menyambut hari lahirnya sumpah pemuda.

Peringatan Sumpah pemuda tahun 2021 ini adalah yang ke-93 dengan menggusung tema "Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh".

Sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia bukan hanya ceremonial belaka, melainkan sebuah spirit dan momentum dalam memompa dan mendorong para anak muda Indonesia agar tumbuh menjadi insan yang cerdas, berwawasan dibawa bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tanpa membedakan suku, agama dan ras masing-masing.

Dilansir dari Kemendikbud, sejarah sumpah pemuda sendiri berawal dari gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).

Baca Juga: Pengadaan Masker Kain di Kemenkes Lebih Bayar Rp2,3 Miliar, Ungkap Auditor Negara

PPPI adalah sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Baca Juga: Cikakak Banyumas Juara Umum Desa Wisata se-Jateng

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi:

Baca Juga: Sukmawati Soekarno Putri Pindah Agama, dari Islam ke Hindu

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X