KLIKANGGARAN -- Sebagaimana diketahui, Visi Indonesia 2045 diarahkan pada perwujudan Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di bidang kependudukan, demografi global pada 2045 akan mencapai 9,45 miliar yang lebih dari separuhnya berasal dari Kawasan Afrika dan Asia yang masih terbesar penduduknya sebesar 55%.
Dalam menyiapkan kompetensi SDM Indonesia, sebagaimana Visi Indonesia 2045, tidak akan terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini, inovasi sistem komunikasi yang terus meningkat dan seluruh kegiatan yang terkait dengan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology, ICT), menjadi sebuah metode pendekatan yang mengubah secara radikal kegiatan ekonomi dan pasar, memberikan peluang yang memungkinkan perusahaan menciptakan nilai keuntungan atau nilai kerugian dalam waktu singkat.
Di bidang ekonomi, Visi Indonesia 2045 harus memperhitungkan meningkatnya peranan Asia dan Amerika yang diperkirakan 84% penduduknya menjadi kelas menengah ke atas. Akan tetapi, pada saat yang sama, ketersediaan sumber daya alam diperkirakan tidak akan mampu lagi memenuhi kebutuhan permintaan yang meningkat meskipun teknologi akan meningkatkan efisiensi SDA. Negara-negara dengan emergin ekonomi yang baru diperkirakan mencapai output ekonomi 71 persen dengan Kawasan Asia sebagai pendorong utama.
Investasi dibidang SDM dan infrastruktur serta reformasi structural dan iklim usaha akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berdaya saing dan berkesinambungan.
Ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh rata-rata 5,7 persen per tahun yang diikuti dengan reformasi struktural, yang mengandalkan bonus demografi dan kemajuan teknologi, serta meningkatkan daya saing ekonomi. Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan pendapatan tinggi pada tahun 2036 dan PDB terbesar ke-5 pada tahun 2045.
Pertumbuhan ekonomi sebagaimana ditargetkan tersebut diatas secara inklusif diharapkan meningkatkan jumlah kelas pendapatan menengah menjadi sekitar 70 persen penduduk Indonesia pada tahun 2045. Seiring dengan meningkatkan kelas pendapatan kelas menengah ke atas diseluruh dunia.
Visi Indonesia 2045 juga ditandai dengan partisipasi tenaga kerja termasuk tenaga kerja perempuan yang meningkat dengan tingkat pendidikan tenaga kerja yang membaik, peranan tenaga kerja informal menurun, dan tenaga kerja di sektor pertanian berkurang dengan kesejahteraan yang lebih baik. Untuk mencapai kemampuan tenaga kerja yang tinggi, maka pada 2026 – 2035, penguatan transisi kerja dan pelatihan berbasis kompetensi serta penguatan relevansi dibidang teknologi informasi menjadi syarat mutlak.
Selanjutnya menurut Bappenas (Bappenas, 2019) Industri sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan modernisasi industry yang difokuskan pada industri pengolahan sumber daya alam (SDA) berbasis kawasan dan sentra industri dengan integrasi rantai pasok dan rantai nilai dari hulu ke hilir, yang didukung oleh inovasi, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan kemitraan antara industri besar, sedang, dan kecil.
Industri didorong menjadi bagian rantai nilai global (Global Value Chain) dengan prioritas pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, serta kimia dan farmasi.
Menurut survey OECD (OECD, 2021) Demografi yang menguntungkan menghasilkan pertumbuhan ekonomi hanya jika pasokan keterampilan (yaitu tonjolan populasi usia kerja) sesuai dengan permintaan di pasar tenaga kerja.
Perusahaan asing di Indonesia mengeluhkan kualitas karyawan, padahal itu bukan kendala utama yang mereka hadapi, dibandingkan dengan negara lain di kawasan. Ada kelebihan pekerja tidak terampil dan kekurangan pekerja terampil, dengan ketidaksesuaian mempengaruhi hingga sekitar 25% dari angkatan kerja dan diperkirakan akan bertahan lama.
Kekurangan sangat akut untuk insinyur dan di sektor TIK. Sebelum COVID-19, kurangnya staf yang berkualitas juga merugikan pariwisata. Hal ini dapat terjadi lagi dalam jangka menengah dan menghambat strategi untuk memposisikan kembali Indonesia sebagai tujuan wisata kelas atas.
Secara lebih luas, mungkin ada defisit 1,3 juta pekerja berketerampilan tinggi pada tahun 2020, meningkat menjadi 3,8 juta pada tahun 2030 (mewakili sekitar sepertiga dari angkatan kerja berketerampilan tinggi saat itu). Selain kekurangan, ada ketidaksesuaian pekerjaan: Allen (2016) memperkirakan bahwa 51,5% dan 8,5% pekerja masing-masing memiliki kualifikasi rendah dan kualifikasi berlebih.
Dalam menyiapkan kompetensi SDM Indonesia, Ikatan Doktor Ilmu Manajemen berkomitmen mengacu kepada referensi seperti yang dikemukakan Yukhno (Yukhno, 2021), dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini, inovasi system komunikasi yang terus meningkat dan seluruh kegiatan yang terkait dengan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technology, ICT), menjadi sebuah metode pendekatan yang mengubah secara radikal kegiatan ekonomi dan pasar, memberikan peluang yang memungkinkan perusahaan menciptakan nilai keutungan atau nilai kerugian dalam waktu singkat.
Artikel Terkait
Nostalgia Dua Komandan Paspampres , "Separuh Napas” di Bundaran HI
"Sapu" Kemiskinan dengan Tanaman Sapu Sapu, Inovasi BUMN MIND ID di Bumi Laskar Pelangi, Bangka Belitung
Jatuhnya Siswi SMK Pandawa Budi Luhur dari Lantai 4 Gedung Sekolah , FSGI: Minta Sekolah Terbuka
Catatan Perjalanan Puncak Jaya Papua: Kolaborasi PPAD, Terang di Lembah Berkabut
Catatan dari Diskusi Abrasi Pantai dan Mitigasi Bencana : Pantai Padang, Mana Pasirmu
Cerita Doni Monardo "Diprotes" Teman Temannya, Lalu Apa Penyebabnya?
Udang Mufidah Jusuf Kalla
Mengapa Biaya Perjalanan Ibadah Haji Terasa Memberatkan? Ada Apa dengan Sistemnya?
Kata Tukang dan Mesin Fotokopi Xerox