Jakarta,Klikanggaran.com - Dalam kurun waktu 7 (tujuh) bulan, setidaknya terdapat 33 perusahaan pelat merah yang telah mendapatkan sentuhan perombakan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir. Satu di antaranya adalah Danareksa yang bergerak di bidang investasi dan jasa keuangan lainnya.
Baru-baru ini, Erick Thohir menunjuk Krisna Wijaya sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen Danareksa yang efektif menjabat mulai awal Juni 2020.
Direktur Eksekutif Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi, menilai keputusan tersebut tidak hanya sarat akan nuansa politis kepentingan pribadi dan kelompok. Ia juga beranggapan, juga semakin mempertegas adanya “kerajaan” yang sedang dibangun Erick Thohir di BUMN untuk tujuan tertentu.
"Pasalnya, sebelum berlabuh ke Danareksa, Krisna Wijaya merupakan Komisaris Independen di PT Mahaka Radio Integra (Mahaka Group), perusahaan milik Erick Thohir," ujar Haidar Alwi, Senin (1-6).
“Penilaian saya selama ini tidak meleset, bahwa Erick Thohir memang sedang berupaya membangun suatu kerajaan di BUMN yang diisi oleh orang-orang dekatnya, sebagian besar alumni Bank Mandiri atau Himbara (Himpunan Bank Negara). Tahun 2019 itu Erick Thohir dan Krisna Wijaya masih sama-sama di Mahaka. Sekarang reunian lagi di BUMN. Karena itu, aroma nepotismenya semakin menusuk tajam,” sambungnya.
Selain itu, R Haidar Alwi juga menyoroti 2 (dua) Komisaris lainnya di Danareksa yang diisi oleh Eko Sulistyo dan Dyah Kartika Rini. Keduanya dikenal sebagai orang dekat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berasal dari kalangan relawan.
"Berbeda dengan Eko Sulistyo yang hijrah dari Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP), Dyah Kartika Rini menjadi Komisaris Danareksa sejak tahun 2015," imbuhnya.
Eko Sulistyo diketahui telah mengawal Jokowi sejak masih menjabat sebagai Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi Presiden dua periode. Sedangkan Dyah Kartika Rini adalah pengusaha penggerak relawan Jokowi sejak Pilgub DKI Jakarta tahun 2012 dan Pilpres 2014.
“Tiga posisi Komisaris, tiga-tiganya diisi orang dekat. Krisna Wijaya orang dekat Erick Thohir, Eko Sulistyo dan Dyah Kartika Rini orang dekat Presiden Jokowi. Entah kebetulan atau Danreksa memang sengaja dijadikan sebagai salah satu sarang nepotisme?” jelasnya.
Haidar Alwi melihat kepercayaan luar biasa yang diberikan Presiden Jokowi kepada Erick Thohir untuk merombak total BUMN sangat rawan bagi terjadinya penyalahgunaan wewenang. Ia menyebut perombakan total terhadap 142 BUMN yang ditargetkan selesai pada tahun 2020 ini terkesan sangat dipaksakan.
"Sehingga hal ini membuka ruang sebesar-besarnya bagi Erick Thohir untuk menempatkan orang-orang dekatnya dan alumni Himbara pada posisi strategis di perusahaan pelat merah."
“Presiden Jokowi harus segera memanggil Erick Thohir, evaluasi kinerja walau sebenarnya sudah agak terlambat. Kalau pun ada sejumlah BUMN yang harus dirombak, apakah harus diisi oleh orang-orang dekat Erick Thohir dan alumni Himbara? Jangan sampai kepercayaan Pak Jokowi disalahgunakan. Sibuk bongkar-pasang dan bagi-bagi jabatan, lalu kapan kerjanya Erick Thohir ini? Ingat! waktu Anda paling lama hanya sampai 2024. Jadi harus kerja efektif dan efisien, kerja cerdas. Jangan semuanya dipaksakan, kecuali Erick Thohir punya target kepentingan tertentu di BUMN,” tutur R Haidar Alwi.
Lanjutnya, contoh paling jelas alumni Himbara yang menduduki jabatan strategis di Kementerian BUMN adalah Budi Gunadi Sadikin, Kartiko Wirjoatmodjo dan Zulkifli Zaini. Mereka bertiga merupakan mantan Direktur Utama Bank Mandiri. Mulai dari Zulkifli Zaini yang menjabat pada periode 2010-2013, Budi Gunadi Sadikin 2013-2016 dan Kartiko Wirjoatmodjo 2016-2019.
"Entah kebetulan atau tidak, yang pasti aksi bisnis fenomenal dan sensasional Erick Thohir terjadi saat konconya tersebut menjadi penguasa Bank Mandiri," ujarnya.