Jakarta,Klikanggaran.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi), meminta seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuka lahan-lahan baru. Lahan baru ini bisa digunakan untuk aktifitas produksi beras atau komoditas pangan lainnya.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan ada banyak lahan baru yang bisa dimanfaatkan oleh Kementerian Pertanian maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti lahan-lahan gambut yang ada di Kalimantan.
"Pemerintah mendorong, Presiden meminta BUMN dan daerah serta Kementerian Pertanian membuka lahan baru untuk persawahan. Yaitu lahan basah atau lahan gambut," ujarnya dalam teleconfrence, Selasa (28-4).
Menurut Airlangga, daerah Kalimantan Tengah saja, ada sekitar 900.000 hektare (ha) yang bisa dimanfaatkaan. Dari jumlah tersebut 300.000 ha di antarannya bahkan sudah siap untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
Kemudian mayoritas di antarannya sudah dikuasai oleh perusahaan BUMN. Berdasarkan perkiraannya ada sektitar 200.000 ha yang sudah dikuasai oleh perusahaan plat merah.
"Yang di kalteng diperkirakan ada lebih 900.000 ha yang sudah siap 300.000 ha. Juga yang dikuasai BUMN ada sekitar 200.000 ha. Agar dibuat perencanaan agar bisa ditanami padi," kata Airlangga.
Dijelaskan Airlangga, langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kelangakaan pada stok beras akibat musik kekeringan. Meskipun BMKG sudah menyebut tidak akan ada cuacail ekstrim yang terjadi hingga akhir tahun nanti.
"Namun kita perlu mengantisipasi kekeringan yang akan melanda di beberapa negara. Dan di Indonesia, walaupun BMKG sampaikan tidak akan ada cuaca kering ekstrem. Namun kami monitor apakah di Semester II, tantangan alam baik kekeringan atau hama 5 tahunan," pungkasnya.
Sementara itu, Arum Kusumaningtyas selaku pengamat kebijakan publik dan international, turut memberikan tanggapan melalui cuitan pada akun media sosialnya.
"Pembukaan lahan gambut merubah ekosistemnya dan menguras simpanan karbon serta menghilangkan kemampuannya menyimpan air," ujar Arum, Selasa (28-4).
Ia juga menjelaskan, dengan pengorbanan yang besar dari sisi kualitas lingkungan, penggunaan lahan gambut untuk pertanian memberikan keuntungan ekonomi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lahan mineral.
"Alih fungsi lahan gambut untuk pertanian juga meningkatkan resiko kebakaran hutan akibat tumpukan biomasa dari hasil pertanian. Padi ladang dan holtikultura memang bisa tumbuh di lahan gambut. Padi untuk lahan basah dan lahan gambut pun nanti tipe yg paling sesuai adalah jenis padi ladang dengan malai-malai panjang dan produktifitas rendah," jelasnya.
"Apakah sepadan effort yg di keluarkan dengan pola cetak sawah? Apakah tepat dalam bentuk sawah? Budaya tani dan ladang berbeda. Pun juga budaya kerja keduanya. Jika dipaksakan dengan mengubah ekosistem alam....kerusakan lingkungan hidup masif ada di depan mata. Alih-alih stok padi yg kita peroleh, tetapi biaya lingkungan hidup kita bisa meningkat," sambungnya.
"Saat ini yg diperlukan adalah kebijakan strategis berupa intensifikasi pertanian dengan fokus pada lahan-lahan subur yg sudah terindikasi sebagai sentra produksi pangan Indonesia. Cetak sawah pada lahan marjinal adalah opsi terakhir. Kita butuh cepat dan minim resiko gagal panen. Aaah....ntah lah ??," tandas Arum.