Kaum tidak tenang. Selalu gagal paham. Bahwa ada orang yang selalu sibuk untuk menyelamatkannya. Tapi dia justru sibuk menghindarinya. Orang lain tetap rendah hati. Tapi dia menyapa dengan penuh prasangka. Karena tidak tenang.
Hanya kaum tidak tenang, mungkin, yang menganggap kematian itu akibat perbuatan orang lain. Bukan takdir-Nya. Mereka lupa, bahwa ketenangan itu lebih hebat dari sekedar kata-kata. Apalagi celotehan semata.
Jadi, tenang saja. Tidak usah gerabak-gerubuk. Apalagi berprasangka buruk.
Tenanglah. Karena tenang itu sikap. Sikap untuk tidak mencari kesalahan atau kekurangan orang lain. Musuhnya sekalipun. Tenang juga bukan berarti lamban. Tenang tapi tetap gesit dan bekerja. Tenang agar bisa hidup dalam "wadah bersama" secara lebih bertanggung jawab, bertahan dalam kesulitan, dan berusaha bangkit dari keterpurukan. Tenang saja, tidak perlu banyak berceloteh bila tidak ada yang bisa diperbuat. Cukup doakan saja. Agar bangsanya baik-baik saja. Apalagi sudah mau puasa, ikhtiar yang baik doa yang baik. Sudahi perdebatan, sudahi apapun yang tidak berfaedah.
Toh, Alllah SWT sudah tahu kok, siapa kita sebenarnya? Maka tenang itu tidak bisa ditulis dengan kata-kata. Tapi bisa dirasakan. Oleh siapapun. Dan tenang, itu percaya atas apa yang namanya JALAN HIDUP.
MAKA HARAP TENANG karena semua sudah ada dalam kehendak-Nya… #BudayaLiterasi #LawanVirusCorona