Anthony menilai persoalan utama pelemahan rupiah bukan pada nominal mata uang, tetapi pada struktur ekonomi Indonesia.
“Terutama kita transaksi berjalan itu tersedot keluar, itu defisit. Kalau transaksi kita berjalan defisit dan sekarang pun sejak 2012 kita defisit, kalau tidak ada perbaikan dalam fundamental ekonomi, akan terperosok lagi,” imbuhnya.
Ia juga memperingatkan bahwa redenominasi bisa berdampak pada kenaikan harga meskipun tidak selalu tercermin dalam perhitungan IHK.
“Tidak semua harga yang naik itu masuk hitungan sebagai IHK, nah ini yang lebih dikhawatirkan,” lanjutnya.
“Kemudian akan terjadi pembulatan-pembulatan dan daya beli masyarakat yang kelas menengah bawah akan tersedot dengan redenominasi dan di sini, kita khawatirkan tingkat kemiskinan akan bertambah,” ucap Anthony.
Disebut Berpotensi Sebagai Pengalihan Isu
Anthony turut menyinggung kemungkinan bahwa wacana redenominasi hanya menjadi manuver politik.
“Kita di Indonesia ini kalau saya perhatikan banyak sekali sesuatu itu hanya untuk pengalihan-pengalihan, ada sesuatu yang dilempar ke publik hanya untuk pengalihan,” katanya.
Ia menilai bahwa jika pemerintah benar-benar ingin menerapkannya, prosesnya akan panjang.
“Seandainya redenominasi ini akan dijalankan, kita memerlukan mungkin paling sedikit 10 tahun lah, ada Undang-Undang lalu baru dilakukan,” tuturnya.
Lebih jauh, Anthony menilai tidak ada manfaat ekonomi langsung dari redenominasi.
“Terus apa keuntungannya (redenominasi)? Saya tidak melihat ada keuntungannya gitu di dalam ekonomi. Saya tidak melihat substansi ini urgen untuk nilai ekonomi, ya,” jelasnya.
Bank Indonesia Bantah Redenominasi Dilakukan Waktu Dekat