“Di sana, orang tua siswa terlibat langsung. Mereka datang pagi, menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka. Pemerintahnya pun sudah menyiapkan sistem ini sejak tahun 1930-an,” ujar Ruben.
Menurutnya, partisipasi orang tua dapat memperkuat rasa tanggung jawab kolektif terhadap kualitas makanan anak-anak, sekaligus memastikan standar kebersihan tetap terjaga.
BGN Bentuk Dua Tim Investigasi Nasional
Untuk mengusut penyebab pasti keracunan massal tersebut, BGN membentuk dua tim investigasi dengan melibatkan berbagai lembaga negara dan pakar independen.
“Di tim investigasi ini kita bentuk dua. Dari dalam ada Deputi Tauwas, itu pemantauan dan pengawasan, nanti akan bekerja sama dengan Kepolisian, BIN, Dinkes, BPOM, dan juga pemda setempat,” ujar Nanik S. Deyang, Wakil Kepala BGN, dalam keterangan resminya di Jakarta, pada Senin, 29 September 2025.
Kedua tim itu juga diperkuat oleh ahli kimia, farmasi, dan chef profesional untuk meneliti kebersihan dapur, bahan baku, hingga distribusi makanan.
Investigasi ini menelusuri 70 kasus keracunan yang dilaporkan sepanjang Januari–September 2025 dan telah berdampak pada lebih dari 5.900 penerima MBG di berbagai daerah.
“Pendekatan multidisiplin ini penting agar akar masalah dapat diungkap secara menyeluruh,” tukas Nanik.
Dengan evaluasi menyeluruh dan kolaborasi lintas lembaga, pemerintah berharap program MBG dapat kembali berjalan dengan aman dan efektif, tanpa mengorbankan keselamatan anak-anak yang menjadi penerimanya.**