Jeritan mistis itu kini menjadi milikku, bukan Besari. Aku berteriak histeris dalam diam, suaraku hilang tertelan ngeri. Tiba-tiba sebuah suara lembut bergema perlahan di telingaku.
“Baca Ayat Kursi, Nduk. Cepat!”
Tanpa berpikir panjang kuikuti suara itu. Aku seperti mengenal suaranya, tapi tak sempat lagi berpikir siapakah gerangan. Kubaca dan kubaca lagi Ayat Kursi sambil memejamkan mata. Sayup-sayup jeritan mistis masih terdengar entah dari mana.
Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku diguncang dengan keras. Keringat dingin kurasakan mengucur deras dari seluruh pori. Jeritan mistis Besari tak terdengar lagi, menyisakan rintih kesakitan dari bibirku.
Baca Juga: Inilah Profil Nadia Mulya, Presenter Gugat Cerai Suami setelah 17 Tahun Pernikahan
Perlahan kubuka mata dan terlihat wajah cantik berurai air mata di tepi tempat tidur. Perlahan putriku membuka selimut yang membelit tangan dan kakiku. Tiba-tiba gerakannya berhenti.
“Mama…, itu kenapa?” isaknya dengan mata ketakutan sambil menunjuk leher dan lenganku.
Kuikuti tatapan matanya, ada banyak bekas cakaran di lenganku. Kuraba leherku yang perih, ada bayak luka sayatan di sana. Butir-butir cairan merah segar menghias luka-luka itu.
Sobat Klik, ingin saya katakan padanya bahwa saya hanya bermimpi. Ingin saya katakan pula pada diri sendiri bahwa peristiwa tadi hanya mimpi. Tapi, bagaimana menjelaskan luka-luka yang ada?
Wallahualam bish-shawab
Tulisan ini saya persembahkan pada Sobat Klik untuk mengenang masa bersama orang-orang yang saya sayangi. Mengenang orang-orang yang menyebut dirinya pintar.*