KLIKANGGARAN -- Media sosial seakan tempat di mana orang-orang disibukkan oleh dunia maya, khayal, atau tidak nyata. Pamer menjadi ajang pencapaian, persaingan, bahkan terlihat menjadi suatu kebodohan. Ya pamer menjadi salah satu fenomena yang terjadi saat ini.
KBBI menerangkan makna dari fenomena yaitu gejala. Sedangkan pamer bermakna menunjukkan (mendemonstrasikan) sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri. Maka fenomena pamer dapat dikatakan suatu gejala menunjukan keunggulan kepada orang lain untuk bertujuan menyombongkan diri.
Fenomena pamer terjadi karena banyaknya penderita social climber. Social climber adalah seseorang dengan perilaku yang selalu ingin kelihatan punya status sosial lebih tinggi dari sebenarnya.
Penampilan adalah hal yang nomor satu bagi social climber. Mereka mencitrakan dirinya dalam pergaulan dengan menggunakan barang-barang mewah atau mengikuti gaya hidup tertentu. Branding diri ini akan dibentuk sedemikian rupa agar dinilai orang lain setara atau bahkan lebih tinggi. Hal tersebutlah yang menjadi fenomena pamer yang sedang menjadi isu saat ini.
Baca Juga: Mengintip Gaya Hidup Minimalis ala Masyarakat Jepang
Membranding diri dengan memamerkan barang-barang mewah yang pada kenyataanya penderita social climber hanya mengada-ada. Alhasil apa yang dipamerkan membuat orang lain menjadi sibuk menghitung-hitung kekayaannya. Menghitung-hitung pendapatan dengan gaya hidupnya.
Lalu apa yang terjadi? Harta yang dimiliki dipertanyakan bahkan digugat oleh orang lain. Kita bisa lihat apa yang terjadi sekarang pada Indra Kenz dan Doni Salmanan yang sudah ditetapkan menjadi tersangka.
Kebanyakan dari para social climber bukanlah golongan masyarakat dengan kekayaan melimpah, melainkan merupakan kaum menengah atau menengah ke bawah yang berusaha terlihat kaya untuk meningkatkan status sosial yang sebenarnya, atau kehidupan asli mereka sering kali tidak sehebat atau sebagus apa yang mereka pamerkan di media sosial. Bahkan, mereka mampu melakukan apa saja untuk masuk ke kelas sosial yang mereka inginkan.
Baca Juga: Ingin Punya Kulit Sehat dan Ideal? Berikut Kunci Penting dalam Menjaga Kesehatan Kulit!
Belum ada penelitian yang menyatakan bahwa social climber adalah gangguan jiwa namun jika yang dipamerkan berlebihan maka itu akan berdampak pada jiwa dan raganya. Misalnya ingin terus tampil glamor padahal uang tak seberapa, bisa-bisa memengaruhi kehidupan finansialnya dan pada akhirnya bisa membuatnya stres. Dari sini, bukan tak mungkin kondisi ini juga bisa berdampak pada kualitas hidupnya.
Tidak perlu menjadi “orang lain” demi meraih kebahagiaan. Berbahagialah karena pencapaian yang dilakukan dengan usaha dan kerja keras. Meski tak ada penelitian yang mengaitkan antara social climber dan gangguan kejiwaan, tapi dengan bukan menjadi diri sendiri dan berusaha keras ingin menaikkan status sosial dengan menjadi social climber, pada akhirnya ketenangan jiwa bisa menjadi taruhannya.
Silakan bagikan artikel ini dan selalu jaga kesehatan.