fiksi

Pemberontakan Perempuan Terhadap Budaya Patriarki Menyajikan Unsur Feminisme dalam Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam

Selasa, 30 April 2024 | 14:58 WIB
Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam (Dok. Shopee)

KLIKANGGARAN -- Apakah hanya perempuan yang ditakdirkan untuk memasak? Apakah hanya perempuan yang ditakdirkan untuk mencuci piring dan pakaian? Apakah hanya perempuan yang ditakdirkan untuk membersihkan rumah? Tentu saja tidak! Takdir perempuan hanyalah tiga, yaitu melahirkan, menyusui dan menstruasi.

Namun, mengapa dalam rumah tangga pekerjaan rumah diwajibkan perempuan yang mengerjakannya? Memangnya mengapa jika pekerjaan-pekerjaan tersebut dikerjakan oleh laki-laki?

Budaya patriarki seperti sudah mendarah daging, dalam Masyarakat bukan lagi kesenjangan sosial yang marak dijadikan problematika kehidupan, namun juga kesenjangan posisi antar gender. Bahwasanya perempuan dinilai derajatnya lebih rendah daripada laki-laki, oleh karena itu terjadilah pemberontakan budaya patriarki demi kesetaraan gender bagi wanita.

Seperti yang dijelaskan oleh salah satu ahli, yakni; Pinem, yang menyatakan bahwa patriarki merupakan sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai individu yang sentral dalam organisasi sosial. Dari penjelasan ini menyimpulkan bahwa perempuan memiliki derajat yang lebih rendah daripada laki-laki sehingga terjadilah kesenjangan gender.

Dalam novel Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam menyajikan unsur feminisme dalam ceritanya terutama pemberontakan tokoh utama terhadap budaya patriarki. Apa saja pemberontakan itu?

Salah satu alur dalam cerita novel Perempuan yang menangis kepada Bulan Hitam, tokoh Mama Bernadet menceritakan bahwa ketika dirinya tidak bekerja maka akan dipukuli suaminya dengan rotan.

Sedangkan pada malam harinya ia ditunggangi layaknya binatang. Dari segi seksualitas, Patriarki mengharuskan perempuan untuk memberi pelayanan seksual kepada suami sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Sehingga istri sering disebut budak seksual atas suaminya sendiri. Jadi tokoh Mama Bernadet melakukan pemberontakan terhadap kesetaraan dirinya dengan sang suami dengan mencari pekerjaan, sehingga wanita tersebut tidak lagi menjadi budak seks oleh suaminya.

Salah satu adegan dari novel ini ada pada saat sang tokoh dinaiki paksa ke dalam mobil ketika hendak diculik oleh sekumpulan para pria. Tentu saja laki-laki digadang-gadang memiliki kekuatan lebih besar daripada wanita, namun perempuan itu menendang para penculik tersebut sebagai tindakan perlawanan.

Selain itu ada juga tokoh Magi yang pergi bekerja di sebuah kantor yang menandakan bahwa tokoh Magi ingin menunjukkan bahwa meskipun sebagai seorang istri, ia pun pantas untuk bekerja dan tidak hanya menjadi pengangguran yang kerjaannya hanya melayani sang suami dari segi seksualitasnya saja.

Dari novel ini menunjukkan bahwa budaya patriarki sudah seperti menjadi pikiran mutlak, namun sebagai perempuan, kita bisa menyetarakan derajat kita dengan laki-laki.

Penulis: Nurkhania

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB