KLIKANGGARAN -- Dalam dunia sastra, teori psikoanalisis Freud telah menjadi alat yang kuat untuk menggali kedalaman karakter dan motif dalam karya-karya fiksi.
Salah satu novel yang memperlihatkan kompleksitas psikologis adalah “Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia. Dengan menggunakan lensa psikoanalisis Freud, kita dapat memahami lebih dalam tentang konflik internal dan dinamika karakter dalam novel ini.
Pertama-tama, mari kita tinjau konsep dasar psikoanalisis Freud. Menurut Sigmund Freud, manusia terdiri dari tiga bagian utama kepribadian: id, ego, dan superego.
Id mewakili naluri dan dorongan primitif yang tidak disadari, ego adalah bagian yang berhubungan dengan realitas dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan id dengan cara yang diterima oleh masyarakat, sedangkan superego adalah bagian yang menegakkan standar moral dan nilai-nilai sosial.
Dalam novel “Assalamualaikum Beijing”, kita dapat melihat bagaimana karakter utama, Hanum, berinteraksi dengan ketiga komponen kepribadian ini.
Id-nya tercermin dalam keinginannya untuk mengejar kebebasan dan petualangan, yang mendorongnya untuk pergi ke Beijing meskipun bertentangan dengan norma-norma sosial dan ekspektasi keluarga.
Ego-nya berjuang untuk menyeimbangkan keinginan pribadi dengan tanggung jawab kepada keluarga dan agama.
Sedangkan superego-nya, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama dan budaya, memberinya rasa bersalah dan konflik internal atas keputusannya.
Selain itu, teori psikoanalisis Freudian juga menyoroti pentingnya mimpi sebagai jendela ke dalam alam bawah sadar seseorang. Dalam “Assalamualaikum Beijing”, mimpi-mimpi Hanum dapat diinterpretasikan sebagai manifestasi dari konflik-konflik yang dialaminya secara bawah sadar.
Misalnya, mimpi tentang ayahnya yang menggambarkan perasaan bersalah Hanum atas keputusannya untuk meninggalkan keluarganya.
Namun, tidak hanya Hanum yang dapat dianalisis menggunakan teori ini. Karakter-karakter lain dalam novel ini juga menunjukkan kompleksitas psikologis yang dapat dipahami melalui lensa psikoanalisis Freud.
Misalnya, konflik internal antara dorongan seksual dan dorongan agama yang dialami oleh karakter Ahmad, serta ketegangan antara id dan superego yang dimiliki oleh tokoh-tokoh lain dalam cerita.
Dengan demikian, melalui analisis psikoanalisis Freudian, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika karakter dan konflik internal yang ada dalam novel “Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia.
Teori ini memungkinkan kita untuk mengeksplorasi lapisan-lapisan psikologis yang tersembunyi di balik cerita dan merenungkan tentang kompleksitas manusia secara lebih mendalam.