KLIKANGGARAN -- Apa kalian pernah membaca novel Komet karya dari Tere Liye?
Ya, novel karya Tere Liye ini cocok untuk para pembaca dari semua kalangan, tetapi mungkin lebih cenderung untuk kalangan remaja, apalagi di masa-masa SMP atau SMA ketika sedang eksplore berbagai pengalaman seru bermain dan berfantasi dalam karya maupun pengalaman positif yang dapat ditiru.
Apalagi novel ini menceritakan dunia fantasi petualangan dan bisa menambah wawasan anak remaja untuk berimajinasi dan berkreatif.
Sebelum menganalisis unsur psikologi novel karya Tere Liye ini, mari kita Simak dulu bagaimana isi cerita di dalamnya.
Cerita dari novel karya Tere liye ini berawal Ketika petualangan Raib,Seli, dan Ali.Sebuah persahabatan yang tulus, penuh pengorbanan, mengharukan, berani dan bernas akan kebaikan sebab memang hal-hal yang menjadi sumber kekuatan terbesar dalam dunia parallel.
Mereka melakukan penjajahan terhadap berbagai dunia paralel dan berpetualang mencari klan komet terlebih dahulu.
Dengan menggunakan teori David Krech kita akan menelisik emosi dasar yang terdapat dalam novel ‘Komet’ karya Tere liye.
Ketiga sahabat ini Raib,Seli, dan Ali sangat antusias dalam mencari Klen komet, terutama Komite Teknologi Klan Bulan, mereka sangat senang bisa melakukan misi walaupun hanya dibuka di Klan bulan dan untuk mengirimkan dokumen yang harus didaftarkan.
Ekspresi senang ini terdapat dalam kutipan berikut :
“ Yes!” Ali mengepalkan tangan. Memang itu yang dia inginkan, kembali berpetualang di dunia paralel. Seolah itu hanya jalan-jalan seru atau hobi yang menyenangkan.” (Komet, Tere Liye, Hal 33)
Kemudian dibalik itu semua ada perjalanan mereka dalam menjelajahi dunia parallel tidak selalu berjalan mulus, hal ini yang dirasakan oleh Raib yang harus meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.
Rasa cemas dan takut yang dirasakan Raib makin menjadi-jadi ia hingga akhirnya ia memberanikan diri meminta izin. Kedua orang tuanya terutama papanya sudah mengizinkan Raib untuk berpetualang tetapi rasa khawatir Mamanya yang belum mengizinkan sepenuhnya.
Ekspresi Takut ini terdapat dalam kutipan berikut :
papa mengizinkanku tetapi mama tidak lagi berbicara “Raib bisa menjaga diri, Ma. Dia sudah besar. Tidak perlu dicemaskan” (Komet, Tere Liye, Hal 43)
Dalam novel ini kita tahu bagaimana emosi dasar yang dimiliki manusia mulai dari senang, takut, sedih, dan marah.
Novel ini juga kaya akan imajinasi dan fantasi hebat, terutama pesan pantang menyerah menghadapi berbagai rintangan.