bisnis

PLTU dan Tagihan Sunyi Kesehatan: Ribuan Jiwa Melayang, Triliunan Rupiah Hilang Akibat Polusi dari Pembangkit Batu Bara

Selasa, 23 September 2025 | 10:25 WIB
Midarwati (53) berlatar PLTU Nagan Raya, menggendong cucunya yang terkena penyakit ISPA di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Nagan Raya, Aceh, Rabu 7 Agustus 2024 (Foto: Bithe/Mardili.)

(KLIKANGGARAN) – Di balik terang listrik yang kita nikmati setiap hari, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara meninggalkan jejak biaya sosial, kesehatan, dan lingkungan yang besar.

Riset terbaru menunjukkan, polusi dari PLTU di Indonesia berkontribusi pada ribuan kematian dini serta kerugian ekonomi bernilai miliaran dolar AS setiap tahun. Titik panas (hotspot) polusi tercatat berada di kawasan Banten–Jakarta, Sumatera Barat, hingga Aceh.

Suralaya Jadi Sorotan

Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menghitung, emisi dari kompleks PLTU Suralaya di Banten—pemasok listrik utama Jabodetabek—menyebabkan sekitar 1.470 kematian dini setiap tahun. Kerugian kesehatan ditaksir mencapai US$ 1,04 miliar atau setara Rp15,8 triliun.

Baca Juga: Inilah Cara Menkeu Purbaya Dorong Ekonomi Lewat Rp200 Triliun di Himbara: Dari Protes Hotman Paris hingga Kredit Desa

Dalam skenario terburuk, jumlah kematian dini bahkan bisa menembus 1.640 orang per tahun.

“Membersihkan satu sumber emisi besar akan menghemat biaya kesehatan yang sangat signifikan,” tulis peneliti CREA dalam laporan bersama Greenpeace pada 2023.

Angka Kematian Dini Masih Tinggi

Secara nasional, riset Greenpeace–Harvard (2015) memperkirakan 6.500–7.100 kematian dini per tahun akibat PLTU yang beroperasi kala itu, angka yang diproyeksikan meningkat seiring bertambahnya kapasitas.

Analisis terbaru CREA juga memprediksi lebih dari 10.000 kematian dini tiap tahun dengan kerugian miliaran dolar AS, terutama karena ekspansi PLTU untuk menopang kebutuhan industri.

Baca Juga: Aksi Gen Z Guncang Dunia: Dari Nepal, Filipina hingga Peru, Medsos Jadi Senjata Utama Mobilisasi Massa Lawan Korupsi dan Ketidakadilan

Pemerintah sempat mempertimbangkan menutup sebagian unit PLTU Suralaya (2 GW) untuk menekan polusi ke Jakarta.

“(Penutupan sebagian Suralaya) penting untuk polusi udara di Jakarta,” ujar Luhut Binsar Pandjaitan, saat masih menjabat Menko Marves pada 21 Agustus 2024.

Ombilin dan Nagan Raya

Halaman:

Tags

Terkini