PLTU dan Tagihan Sunyi Kesehatan: Ribuan Jiwa Melayang, Triliunan Rupiah Hilang Akibat Polusi dari Pembangkit Batu Bara

photo author
- Selasa, 23 September 2025 | 10:25 WIB
Midarwati (53) berlatar PLTU Nagan Raya, menggendong cucunya yang terkena penyakit ISPA di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Nagan Raya, Aceh, Rabu 7 Agustus 2024 (Foto: Bithe/Mardili.)
Midarwati (53) berlatar PLTU Nagan Raya, menggendong cucunya yang terkena penyakit ISPA di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir, Nagan Raya, Aceh, Rabu 7 Agustus 2024 (Foto: Bithe/Mardili.)

Di Sawahlunto, Sumatera Barat, PLTU Ombilin menuai keluhan warga terkait kebocoran filter cerobong hingga kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

“PLTU Ombilin layak ditutup karena membawa dampak kesehatan,” tulis Betahita, media lingkungan berbasis di Jakarta, 15 November 2024.

Baca Juga: Saat Prabowo Panggil Amran Tengah Malam: Kisah di Balik Larangan Impor Tepung Tapioka demi Selamatkan Petani Singkong

Di Aceh, kawasan yang dahulu dikenal dengan udara laut bersih, warga sekitar PLTU 1&2 Nagan Raya melaporkan kasus ISPA dan gangguan kulit sejak 2024–2025.

“Banyak warga menderita gangguan pernapasan,” ungkap APEL Green Aceh, dikutip Waspada Aceh, 29 Desember 2024. Temuan serupa juga diperkuat laporan Forest Watch Indonesia (FWI).

Portofolio PLTU Masih Dominan

PLN masih mengandalkan pembangkit berbasis batu bara. Laporan BankTrack mencatat, per Desember 2023 terdapat sekitar 135 unit PLTU yang dikelola PLN.

Global Energy Monitor juga menyoroti pertumbuhan PLTU captive—pembangkit yang hanya digunakan industri dan tidak masuk jaringan PLN—yang memperburuk emisi.

Baca Juga: IPC TPK Terima Kunjungan Kedutaan Denmark, Jajaki Peluang Kerja Sama Maritim

Dampak Polusi Mematikan

Pakar kesehatan menegaskan, polutan PLTU seperti PM2,5, SO₂, NOx, serta logam berat berhubungan dengan kanker paru, penyakit jantung, berat lahir rendah, hingga kematian dini.

“Produk samping pembakaran batu bara adalah karsinogen dan toksin kardiorespirasi,” tulis sebuah tinjauan literatur di Annals of Global Health, sebagaimana tercatat di PubMed.

Artinya, kebijakan pengendalian emisi ketat, penutupan unit PLTU paling kotor, serta percepatan energi terbarukan adalah “rem darurat” yang dapat menekan risiko kesehatan.

Tanpa langkah konkret, beban biaya kesehatan akibat PLTU—mulai dari hilangnya hari kerja, biaya medis, hingga kehilangan nyawa—akan terus menumpuk.**

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X