Sejak 12 September 2025, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah menempatkan Rp200 triliun dana pemerintah dari Bank Indonesia ke lima bank milik negara. Dana itu kini telah digulirkan ke masyarakat melalui kredit produktif.
“Perkembangannya cukup menarik. Mandiri sudah menggunakan 74 persen, BRI 62 persen, BNI 50 persen, BTN 19 persen, dan BSI 55 persen. Ini menunjukkan penyaluran ke sektor riil berjalan cukup baik,” kata Febrio.
Baca Juga: Kadis Dikbud Minta Napak Tilas Religi di Desa Pattimang Jadi Event Tahunan Daerah
Menurutnya, keberhasilan tahap awal ini bahkan membuat sejumlah bank pelat merah meminta tambahan dana.
“Waktu pertama ide Rp200 triliun itu keluar, teman-teman masih ragu, ‘Pak, jangan dipaksa’. Tapi setelah dikasih, ternyata jalan, sekarang malah minta tambah,” ujarnya sambil tersenyum.
Pengawasan Ketat Jadi Kunci
Meski pemerintah membuka peluang bagi BPD untuk ikut serta, Febrio menegaskan bahwa penggunaan dana harus diawasi secara ketat dan dilaporkan secara rutin.
“Komunikasi kita dengan perbankan cukup baik. Mereka paham bahwa walaupun namanya dana on call, tetap bisa digunakan untuk sektor riil. Jadi tidak ada risiko signifikan,” tegasnya.
Dengan skema ini, pemerintah berharap penempatan dana tidak hanya memperkuat likuiditas perbankan nasional dan daerah, tetapi juga mendorong pembiayaan sektor riil serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional tetap positif.**
Artikel Terkait
Inilah yang akan dilakukan Menkeu Purbaya: Tarik Rp200 Triliun dari BI untuk Perbankan Demi Pertumbuhan Kredit dan Lapangan Kerja
Soal Dana Rp200 Triliun ke Bank, KPK Ingatkan Risiko Kredit Fiktif, Menkeu Purbaya: Kalau Ketahuan Ya Ditangkap dan Dipecat
Inilah Cara Menkeu Purbaya Dorong Ekonomi Lewat Rp200 Triliun di Himbara: Dari Protes Hotman Paris hingga Kredit Desa