KLIKANGGARAN-- Novel Diaku Imamku karya Melliana Dhian menghadirkan kisah romansa religi yang sarat konflik batin, norma sosial, dan pilihan hidup yang tidak mudah.
Cerita berpusat pada Aisyah, seorang siswi SMA berkepribadian tomboy dari keluarga berada yang dipaksa orang tuanya untuk mondok di pesantren demi membentuk karakter yang lebih religius. Keputusan ini menjadi titik awal perubahan besar dalam hidup Aisyah.
Di pesantren, Aisyah kembali dipertemukan dengan Alif, seorang ustadz yang ternyata adalah guru yang pernah ia kagumi semasa sekolah. Pertemuan tersebut membangkitkan perasaan lama yang perlahan tumbuh menjadi cinta.
Namun, hubungan mereka tidak berjalan mulus. Status Aisyah sebagai santri dan Alif sebagai pengajar, ditambah tekanan norma pesantren serta tuntutan keluarga, menjadi tembok besar yang memisahkan keduanya.
Konflik mencapai puncaknya ketika Alif harus menikahi perempuan lain demi menutupi aib pesantren, perempuan yang merupakan korban pemerkosaan. Keputusan ini melukai Aisyah dan memaksanya pergi meninggalkan pesantren.
Dalam versi novel, alur cerita dikembangkan lebih panjang dan emosional. Setelah perpisahan, Aisyah melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Takdir kembali mempertemukan mereka melalui sebuah amplop berisi biodata Alif yang diberikan ayah Aisyah.
Meski sempat terlewat, pertemuan kembali akhirnya membawa Alif dan Aisyah ke proses ta’aruf hingga pernikahan. Novel menekankan proses pendewasaan tokoh, pergulatan batin, serta makna keikhlasan dan takdir dalam bingkai religi.
Sementara itu, adaptasi film Diaku Imamku menghadirkan kisah yang lebih ringkas dan dramatis.
Dibintangi oleh Yuki Kato sebagai Aisyah dan Donny Alamsyah sebagai Alif, film ini menonjolkan konflik utama dengan tempo yang lebih cepat.
Beberapa detail naratif dalam novel dipadatkan, termasuk pertemuan kembali Aisyah dan Alif yang dalam film terjadi saat Alif menjadi dosen pengganti di kampus Aisyah.
Adegan-adegan emosional, seperti Aisyah menyaksikan langsung ijab kabul Alif dengan perempuan lain, disajikan secara visual dan meninggalkan kesan mendalam bagi penonton.
Perbedaan utama antara novel dan film terletak pada kedalaman cerita. Novel memberi ruang lebih luas untuk eksplorasi perasaan tokoh dan konflik internal, sedangkan film lebih fokus pada alur utama agar tetap efektif secara durasi.
Meski demikian, keduanya sama-sama menyampaikan pesan tentang cinta yang diuji oleh tanggung jawab moral, agama, dan pilihan hidup.