KLIKANGGARAN -- Saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah baru, Kila merasakan gelombang asing yang menerpanya. Sebagai seorang siswa kelas 10, ia harus menghadapi dunia baru dengan teman-teman baru yang sepertinya tidak begitu ramah. Dalam cerpen "Ketika Aku dan Kamu Menjadi 'Kita'" karya Ayu Rosi, perjalanan emosional Kila digambarkan dengan penuh ketulusan, membawa kita menyelami pergulatan batin seorang remaja yang mencari tempatnya di tengah perbedaan.
Dari hari pertama, Kila merasakan dirinya tidak diterima. Berada di lingkungan yang tidak mengenal dan tidak menghargai perbedaannya, membuatnya merasa terasing dan muak dengan kata sekolah. Keadaan ini membuat Kila memilih untuk bolos sekolah selama dua hari, sebuah tindakan yang pada akhirnya membawa dirinya ke hadapan Ibu Ida, wali kelasnya. Ibu Ida, dengan kepedulian dan kebijaksanaannya, mencoba merangkul dan memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Kila.
Dialog antara Kila dan Ibu Ida membuka tabir perasaan yang selama ini terpendam. Kila mengungkapkan betapa dirinya merasa dikucilkan karena perbedaan. "Saya baik-baik saja kok Bu. Lagi malas aja, hehe," ucap Kila berusaha menyembunyikan kegelisahan hatinya. Namun, Ibu Ida tidak mudah percaya. Dengan kasih sayang seorang ibu, beliau mendesak Kila untuk jujur tentang perasaannya. Akhirnya, Kila menceritakan tentang Joko yang selalu meremehkannya, Lita yang berubah sikap ketika bersama teman-temannya, dan Bani yang suka menyontek tanpa berterima kasih.
Kila merasa tidak dihargai dan lelah menghadapi ledekan-ledekan yang terus menghujamnya. Perbedaan agama menjadi salah satu sumber utama ketidaknyamanan ini. "Aku emang beda sama kalian tapi jangan ledekin aku dong," keluh Kila. Namun, dalam percakapan yang intens dan jujur di ruang kantor itu, Ibu Ida berhasil menciptakan momen refleksi bagi Kila dan teman-temannya. Joko, Lita, dan Bani pun menyadari kesalahan mereka dan berjanji untuk memperbaiki sikap mereka terhadap Kila.
"Kalo semua sama bagaimana kita menerapkan cara menghormati perbedaan?" ujar Ibu Ida bijak, mengingatkan bahwa keindahan pelangi terletak pada keberagaman warnanya. Perbedaan, jika dipahami dan dihargai, bisa menjadi kekuatan yang menyatukan, bukan memecah belah.
Setelah kejadian itu, Kila mulai melihat dunia dari perspektif baru. Ia menyadari bahwa tidak semua orang bermaksud jahat, dan terkadang kesalahpahaman muncul karena kurangnya komunikasi dan pemahaman. Dengan keberanian dan keikhlasan untuk menerima maaf, Kila membuka diri kepada teman-temannya. Mereka pun mulai melihat Kila sebagai pribadi yang baik dan unik, bukan sekadar sebagai seseorang yang berbeda.
Cerpen ini menggambarkan transformasi Kila dari seorang remaja yang merasa terasing dan tidak dihargai menjadi seseorang yang mampu melihat keindahan dalam perbedaan. Perjalanan Kila mengajarkan kita bahwa dengan komunikasi yang jujur dan hati yang terbuka, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan penuh kasih sayang.
Kila akhirnya menemukan kebahagiaan dalam pertemanan yang sejati. Ia aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, menemukan kesenangan dalam belajar, dan berbagi cerita serta ajaran dari Kitab Suci dengan teman-temannya. Dalam proses ini, Kila menemukan bahwa banyak hal yang sebenarnya sama di antara mereka, meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.
Cerpen Ayu Rosi mengajarkan kita tentang pentingnya empati, keberanian untuk mengakui kesalahan, dan keindahan yang muncul dari penerimaan perbedaan. Kisah Kila adalah cerminan dari perjalanan kita semua dalam mencari pemahaman dan keharmonisan di tengah keberagaman. Saat aku dan kamu bisa menjadi "kita", dunia ini akan menjadi tempat yang lebih indah dan damai.
Artikel ini ditulis oleh Nurwaheni Amalia, mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.