KLIKANGGARAN -- Cerpen 'Robohnya Surau Kami' Karya A.A Navis menarik dengan alur serta karakter yang mendalam. Kita dapat menjelajahi cerpen ini dengan menelusuri konteks budaya serta sosial.
Dalam pendekatan antropologi sastra kita dapat melihat bagaimana konteks budaya serta sosial dalam cerpen ini.
Cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis mengandung berbagai nilai budaya yang relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Tokoh Utama cerpen ini adalah tokoh yang dipanggil kakek. Sebab cara usia, dia memang sudah tua. Dalam cerita itu, disebutkan bahwa Kakek sebagai penjaga surau yang menunjukkan ketekunan dan pengabdian dalam menjalankan tugasnya.
Meskipun surau sudah tua dan rapuh, Kakek tetap setia menjaganya. Pun, Kakek membantu orang lain dengan keahliannya tanpa mengharapkan imbalan. Ini mengajarkan tentang kebaikan tanpa pamrih.
Ketulusan Kakek dalam berdoa dan mempercayai Tuhan mengajarkan tentang keikhlasan dan ketulusan hati.
Cerpen ini menyoroti hubungan spiritual antara manusia dan Tuhan melalui tokoh Kakek yang berdoa dan percaya bahwa Tuhan akan mengasihi orang yang sabar.
Cerpen ini menggambarkan kondisi Indonesia yang memiliki alam yang kaya akan sumber daya alamnya, seperti kolam ikan di depan surau.
Tokoh Kakek sebagai penjaga surau yang taat beribadah dan mahir mengasah pisau. Kakek membantu orang lain dengan keahliannya tanpa mengharapkan imbalan.
Kakek mengabdikan diri kepada masyarakat sekitar sebagai satu-satunya penjaga surau.
Dapat disimpulkan bahwa cerpen "Robohnya Surau Kami" ini mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, dan ketekunan, serta menggambarkan perubahan sosial dan budaya.
Dalam cerpen ini kata 'Surau' menurut masyarakat Minangkabau adalah tempat sarana ibadah untuk pusat kegiatan keagamaan dan sosial.
Tidak hanya itu masyarakat Minangkabau juga sering bergoyang royong, musyawarah dan tanggung jawab sosial.
Peran Surau tidak hanya untuk sarana ibadah akan tetapi juga sebagai tempat pendidikan agama dan diskusi sosial.