KLIKANGGARAN -- Siapa yang tidak pernah merasakan jatuh cinta? Setiap orang akan merasakannya, perasaan yang muncul ketika kita sangat terpikat dan menyayangi seseorang.
Namun, tak selamanya perasaan jatuh cinta yang kita miliki akan terus berjalan dengan mulus. Ada masanya, kita harus merasakan cinta yang pupus yang membuat hati kita merasa rapuh.
Kisah cinta seperti itulah yang diangkat oleh Fiersa Besari ke dalam novelnya, yang berjudul "Garis Waktu".
Novel ini merupakan cerita cinta tentang perjalanan hidup dan percintaan dari seseorang yang bertemu dengan pujaan hatinya, berawal dari perkenalan hingga berakhirnya hubungannya. Sehingga pembaca akan merasakan sesuatu yang pelik dan merasa bahwa tidak ada hubungan yang semulus itu jalannya.
Tokoh yang diceritakan dalam novel ini memendam perasaan pada sang pujaan hati, namun orang tersebut tidak kunjung peka sehingga perasaan yang terpendam itu menjadi sulit untuk diungkapkan.
Sekalipun dapat mengungkapkanya dan menjadi sepasang kekasih, waktu akan menunjukkan sifat asli seseorang. Perlahan-lahan semua akan terungkap sehingga perasaan cinta itupun berubah menjadi rasa sakit yang amat pilu.
Alur yang disajikan dalam novel ini adalah alur maju dimana tokoh utama bertemu dengan sang kekasih kemudian menceritakan tentang perjalanan mereka sehingga waktu yang menjadi penentu sebuah perpisahan dalam hubungan.
Berbagai kata-kata bijak bertaburan dalam novel ini sehingga berbagai amanat tersedia bagi orang-orang yang mengalami kepelikan yang sama tentang kisah cinta yang tragis sehingga pembaca pun mengerti pesan yang disirat oleh penulis bahwa satu-satunya cara untuk mengobati luka hati dengan mengikhlaskan kekasih hati memilih bersama orang lain.
Novel ini merupakan salah satu karya best seller yang dikarang oleh Fiersa Besari Kisahnya yang sendu nan pilu membuat pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pengarang.
Ditulis dengan sudut pandang orang pertama dimana penulis menceritakan dirinya sendiri, sehingga dapat meluapkan perasaannya ke dalam tulisan.
Penulis: Cindi Siti Syarah (Mahasiswa Sastra Indonesia Unpam)