KLIKANGGARAN --Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala menghadirkan cerita yang memukau dengan menampilkan keunikan budaya kretek.
Sejarah kretek dimulai ketika Haji Jamhari menemukannya pada tahun 1880-an di Kudus, Jawa Tengah. Awalnya, kretek dibuat secara tradisional dengan melinting tembakau dan cengkeh menggunakan kulit jagung.
Namun, pada tahun 1906, Nitisemito menciptakan mesin rokok kretek yang memungkinkan produksi massal. Pada tahun 1930-an, kretek semakin populer di Indonesia dan menjadi rokok yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.
Baca Juga: Alih Wahana Film Gita Cinta dari SMA : Apakah Masih Sama Dengan Yang Dulu?
Kretek juga menjadi salah satu produk ekspor Indonesia yang terkenal di dunia. Budaya kretek bukan hanya terkait dengan rokok, tapi juga merupakan bagian dari budaya Indonesia sehari-hari.
Kretek kerap dikaitkan dengan kehidupan masyarakat, seperti saat bersantai di warung atau berkumpul bersama teman.
Selain itu, rokok kretek memiliki nilai sejarah dan patriotik. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, kretek menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah, bahkan menjadi pilihan rokok para pejuang kemerdekaan seperti Soekarno dan Hatta.
Baca Juga: V BTS dan Jennie BLACKPINK Dikabarkan Putus, Kapan Pacarannya?
Kretek juga memiliki nilai estetika yang tinggi dan sering menjadi inspirasi bagi seniman dalam karya-karya mereka.
Industri tembakau kretek di Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap perekonomian. Seperti kretek kemerdekaan, kretek proklamasi, kretek gadis, dan kretek djagad raja yang telah memberi penghidupan masyarakat.
Meskipun menghadapi tantangan seperti regulasi pemerintah yang ketat dan kesadaran akan bahaya rokok, kretek tetap populer di Indonesia dan menjadi bagian dari budaya legendaris Indonesia.
Melalui novel Gadis Kretek, pembaca dapat merasakan bagaimana kretek telah menjadi simbol kebanggaan dan identitas bangsa Indonesia.
Novel ini menunjukkan bahwa kretek bukan sekadar produk konsumsi, melainkan juga simbol yang mencerminkan kebanggaan terhadap identitas budaya bangsa.**