"Dalam agama Buddha, tentunya kita menyambut perayaan Waisak dengan menyelaraskan alam dan air yang menjadi sumber kehidupan, kebersihan dan lambang kerendahan hati serta ketenangan dalam kehidupan," kata Triroso usai prosesi pengambilan air berkah di Umbul Jumprit.
Triroso menambahkan, esensi dari prosesi pengambilan air bekah itu perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Untuk itu tradisi pengambilan air berkah ini akan tetap dilestarikan dan memaknainya bukan sekedar ritual melainkan secara esensial dari air yang perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari," sambungnya.
Baca Juga: Inilah Lokasi Sebenarnya Desa Penari dalam Film KKN di Desa Penari. Berikut Penjelasannya!
Prosesi pengambilan berkah di Umbul Jumprit merupakan rangkaian ke empat menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566.
Sebelumnya telah dilakukan kegiatan karya bakti, bakti sosial, dan pengambilan api Dharma di Mrapen. Aktivitas ritual ini sempat terhenti selama dua tahun yakni 2020-2021 akibat pandemi Covid-19.
Air berkah yang diambil dari Umbul Jumprit kemudian diarak menggunakan mobil dengan pengawalan polisi menuju candi Mendut untuk disemayamkan dan disakralkan.
Tiba di Candi Mendut, air berkah disambut dan diterima oleh Plt Dirjen Bimas Buddha Nyoman Suriadarma bersama perwakilan majelis Buddha diantaranya Walubi dan Permabudhi.
Di hadapan umat Buddha yang menyambut kedatangan air berkah, Plt Dirjen Bimas Buddha Kemenag Nyoman Suriadarma menyampaikan ucapan terima kasih atas lancarnya prosesi pengambilan air berkah di Umbul Jumprit.
Nyoman Suriadarma menambahkan api dan air sudah diterima untuk kemudian disemayamkan.
"Air dari sisi nyata adalah sumber energi dalam tubuh. Dari aspek simbolis air ini salah satu bentuk kerendahan hati karena air mengalir selalu mencari tirik rendah," kata Nyoman Suriadarma.
"Dan air selalu juga tidak membeda-bedakan siapa yang harus diberikan kehidupan. Itulah air yang sesungguhnya sangat universal manfaatnya sehingga kehidupan tetap berjalan sampai hari ini," sambungnya.