(KLIKANGGARAN)--Dunia tengah menyaksikan revolusi baru: kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) tidak lagi sekadar alat bantu, melainkan mitra sejajar dalam berkarya.
Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam Talk Show The Founders 2025: Artificial Intelehensia yang digelar dengan tema “Prompting the Future: Kolaborasi Kreativitas, Teknologi, dan Strategi Sosial Media” di Hotel Grand Zuri, BSD, Tangerang Selatan.
Acara ini menghadirkan kolaborasi langka antara para kreator, teknolog, dan strategis media sosial untuk menafsirkan masa depan dunia kreatif yang semakin cerdas, dinamis, dan humanis.
Talk show yang diinisiasi oleh Dinas Pariwisata Kota Tangerang Selatan ini menjadi wadah penting bagi para pelaku industri kreatif, pendidik, dan generasi muda untuk memahami bagaimana AI dapat menjadi rekan kolaborasi dalam mengekspresikan ide, membangun merek, dan merancang strategi komunikasi yang adaptif di era digital.
Baca Juga: Hasil French Open 2025: Alwi Farhan Melaju ke Perempat Final Usai Tumbangkan Wakil Irlandia
Empat narasumber ternama hadir dengan perspektif lintas bidang: Wahyu Aditya, pendiri Hello Motion dan pendidik seni digital; Dipa Utomo, Certified AI Prompt Engineer; Shafiq Pontoh, Co-Founder Provetic dan social media strategist; serta Wahyu Kurniawan, fasilitator koding dari Kemendikdasmen dan Certified Gemini Academy. Keempatnya bersinergi membedah topik hangat seputar prompt engineering, etika digital, dan masa depan interaksi manusia–mesin.
Dalam sesi pembuka, Wahyu Aditya menegaskan bahwa kecerdasan buatan bukan ancaman bagi kreativitas manusia, melainkan ruang baru untuk memperluas daya cipta. “AI itu seperti kuas baru dalam kanvas seni digital.
Kreativitas tetap berasal dari manusia, tapi AI mempercepat bagaimana imajinasi itu diwujudkan,” ujarnya, disambut tepuk tangan para peserta yang memadati ruangan.
Sementara itu, Dipa Utomo memperkenalkan konsep prompt engineering sebagai “bahasa baru” yang menghubungkan manusia dengan mesin.
Ia memaparkan bagaimana perintah sederhana yang dirancang dengan logika dan imajinasi dapat menghasilkan karya visual, ide konten, hingga strategi kampanye digital yang sebelumnya mustahil dilakukan hanya oleh manusia.
“Kuncinya ada pada dialog antara manusia dan mesin. Semakin cerdas prompt-nya, semakin bernilai hasilnya,” tegasnya.
Baca Juga: Mengenang Petaka Kereta Cepat
Tak kalah menarik, Shafiq Pontoh membahas pergeseran besar dalam dunia media sosial. Di tengah algoritma yang semakin canggih, katanya, kemampuan memahami AI justru menjadi faktor penting untuk menjaga relevansi dan keaslian pesan.