(KLIKANGGARAN) — Isu soal praktik feodalisme kembali mencuat dan ramai diperbincangkan publik. Kali ini, peringatan datang dari Bupati Situbondo Rio Wahyu Prayogo yang menilai bahwa budaya penghormatan berlebihan terhadap pemimpin masih menjadi penghambat utama kemajuan birokrasi di Indonesia.
Dalam siniar YouTube Helmy Yahya Bicara, Kamis 23 Oktober 2025, Rio menceritakan pengalamannya menghadapi pegawai yang masih terlalu segan untuk berkomunikasi tanpa tatap muka.
“Saya itu sering ditemui oleh pegawai di daerah, tujuannya untuk memberikan laporan,” ujar Rio.
Padahal, menurutnya, laporan tersebut bisa dilakukan secara daring.
“Ketika mereka datang, langsung memberikan laporan. Saya tanya, kenapa harus ketemu, kan bisa lewat Zoom, telepon saja?” tuturnya.
Rio menilai kebiasaan seperti itu bukan karena alasan profesional, tetapi karena dorongan ingin menunjukkan rasa hormat secara berlebihan.
“Ternyata mereka segan, maksud mereka menghormati. Tapi, ayolah, kita butuh percepatan. Saya tidak suka tradisi yang masih terkesan feodal seperti ini,” imbuhnya.
Bupati yang dikenal dengan gaya kepemimpinan modern ini menegaskan bahwa pola pikir feodal masih berakar kuat dalam birokrasi.
“Saya yakin, masih banyak pemimpin daerah yang merasakan hal serupa. Bahkan, saya pikir semuanya masih seperti itu,” kata Rio.
Jejak Feodalisme di Ruang Publik
Pernyataan Rio Wahyu terasa relevan dengan sejumlah kasus yang sempat viral di media sosial dan dinilai mencerminkan sisa-sisa budaya feodal dalam masyarakat.
Salah satu yang sempat menghebohkan publik adalah kasus olokan Gus Miftah terhadap seorang pedagang es teh saat berceramah di Magelang, Jawa Tengah, pada November 2024.
Aksi itu menuai kritik karena dianggap melecehkan dan mencerminkan perilaku merendahkan. Warganet pun menggali rekam jejak sang penceramah, mulai dari video lama saat menoyor kepala istrinya hingga bercanda kasar dengan pelawak senior Yati Pesek.