Segmen umat Islam terbesar saat ini adalah kaum Aswaja, penganut Asy'ariah dan bermazhab. Kelompok di luar Aswaja masih sibuk membangun dirinya dan tidak mau masuk dalam pusaran konflik.
Kaum Aswaja saat ini terbelah antara pendukung kyai pribumi dan muhibbin Habaib. Benturan demi benturan terjadi, khususnya di ranah media sosial. Kecaman, caci maki, sahut-menyahut, terjadi antara kedua kubu.
Obyektivitas ilmiah sudah bergeser ke arah fanatisme buta. Pembelaan tanpa reserve kepada yang didukung begitu menguras energi dan emosi. Atmosfer informasi menjadi keruh, sekeruh hati mereka yang berkonflik.
Dalam situasi seperti ini, kita patut bertanya, ini ujungnya kemana? Apakah konflik ini bermanfaat bagi umat atau justru memperlemah umat, padahal tantangan umat semakin berat.
Baca Juga: Besse Sulo, Dokter Gigi dari Luwu Utara, Raih Penghargaan Tenaga Medis Teladan Tingkat Nasional
Lupakah dengan isu Palestina, ancaman LGBT, hingga kontrol terhadap kasus-kasus besar korupsi yang merugikan bangsa?
Bisakah kita mengambil posisi sebagai pihak yang betul-betul netral, melihat dan menimbang dengan tenang, mengukur secara obyektif, lalu menyimpulkan dengan acuan kaidah ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan?
Apakah kita kehilangan sosok-sosok pemersatu yang merelakan diri menjadi jembatan penengah agar konflik mereda menuju persatuan kembali?
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Jamaluddin F. Hasyim, Ketua KODI DKI Jakarta.
DISCLAIMER: Isi artikel ini merupakan tanggung jawab si penulis opini; isi artikel ini tidak mencerminkan sikap, pandangan, dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Ada Apa Cak Ipul, Kenapa Belum Move on Sih?
Performa Positif Kinerja Makro Ekonomi Luwu Utara
Teknologi Smart Packaging: Solusi Rasa Aman pada Makanan Siap Saji
Ketika Pengaturan Anggaran Bersinggungan dengan Kepentingan Oknum Anggota DPRD, Ini yang Terjadi!!
Edukasi Pajak Sejak Usia Dini : Kunci Menuju Generasi Muda Sadar Pajak
Air minum yang layak: Hak asasi manusia atau hanya kebutuhan dasar?
Empat Rekomendari FSGI Atas Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan, 69 Persen Korban Anak Laki-laki