Sanksi AS “memprovokasi Rusia dan negara-negara lain untuk membalas, sehingga semakin meningkatkan potensi konflik dalam perdagangan global” dan memperburuk hubungan “yang sudah menyedihkan” antara Moskow dan Washington, katanya.
Pada hari Selasa, Financial Times melaporkan bahwa lebih dari separuh bisnis di negara-negara Barat yang mengumumkan rencana untuk meninggalkan Rusia setelah dimulainya konflik Ukraina, masih tetap berada di negara tersebut karena kembali membaiknya aktivitas konsumen dan “hambatan birokrasi.”
Setidaknya, 2.173 perusahaan asing terus beroperasi di Rusia, sementara sekitar 1.600 perusahaan keluar dari pasar atau mengurangi operasi mereka, menurut surat kabar tersebut.
Artikel Terkait
Taliban Bukanlah Ancaman, New Delhi dan Moskow Memiliki Pendekatan Serupa terhadap Krisis Afghanistan
Ini Kronologi Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Pegunungan Berkabut, Bagaimana Kondisinya?
Innalillahi, Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Pejabat Senior Dilaporkan Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Helikopter
Potensi Kemenangan Trump dalam Pilpres Dipakai Pemerintah Biden untuk Menekan Negara G7 Menggunakan Aset Rusia
Viral Momen Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Hebat hingga Harus Mendarat Darurat di Bangkok, Dua Orang Meninggal Dunia
CEO JPMorgan Asia Pasifik: Tiongkok Terlalu Besar untuk Dikesampingkan
Uni Eropa Targetkan Sanksi sebab Masuknya Mobil Mewah ke Rusia lewat Jalur Belarusia
Memotong Palestina dari Sistem Perbankan Global Akan Menjadi Bencana